"Rencananya pembuatan ini dari 2022, kalau 2010 masih taraf pengenalan, Oktober 2022 sudah membeli alat cetak dan pemesanan kertas kemudian 2024 kemarin bulan Mei sudah mulai produksi," terangnya.
Lanjut Yudhi, sekitar Juni para tersangka mulai membangun jaringan. Mulai dari proses pembuatan, diviralkan hingga ditawarkan melalui group WhatsApp.
"Sekitar bulan September 2024 berkomunikasi dengan AI (Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar) untuk mengangkut peralatan," Yudhi menuturkan.
Selanjutnya, kata Yudhi, uang palsu itu diproduksi di TKP kedua, kantor perpustakaan UIN Alauddin Makassar.
"Ada juga yang sempt rusak nilainya Rp40 juta uang kertas, dibakar semua. Kemudian 22 November 2024 ini sudah mulai penyerahan uang palsu senilai Rp150 juta," tambahnya.
"Juga ada menyerahkan uang palsu Rp250 juta dan terakhir ditangkap menyerahkan uang palsu Rp200 juta, dan menghentikan aktivitas karena mereka sempat tahu polisi melakukan penyelidikan akhir November 2024," sambung dia.
Jenderal Polisi berpangkat dua bintang emas di pundaknya ini kemudian membeberkan aliran uang palsu tersebut setelah diproduksi.
"Aliran dana uang palsu ini, dari MN beredar Rp150 juta ada yang diberikan pada seseorang Rp1 juta, ada yang Rp500 ribu, ada yang Rp25 juta, ada Rp10 juta, ada Rp8 juta dan sebagainya sudah kita ambil dan tangkap yang bersangkutan, ada dikembalikan untuk dibakar Rp17,5 juta," kuncinya. (Muhsin/Fajar)