“Almarhum memang patut diteladani. Khidmah beliau kepada NU tanpa batas, dan penghormatan beliau kepada para kiai juga luar biasa,” ujar Hidayat.
KH Sholeh Hayat lahir di Gresik pada 30 September 1949. Ia menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Kebundalem, Surabaya, di bawah asuhan KH Mukhtar Faqih, putra dari KH Faqih, salah satu Muassis NU. Selain pendidikan pesantren, almarhum juga menyelesaikan studi di Sekolah Persiapan IAIN Sunan Ampel Surabaya serta meraih gelar Sarjana Hukum dari Universitas Sunan Giri Surabaya pada 2004.
Karier organisasinya di NU mencakup perjalanan panjang, mulai dari Ketua Ranting IPNU hingga menjabat sebagai Wakil Katib Syuriah PWNU Jawa Timur. Almarhum juga aktif menulis, salah satunya buku berjudul "Kyai dan Santri dalam Perang Kemerdekaan" yang diterbitkan pada 2016, menggambarkan perjuangan ulama dan santri melawan penjajahan.
Dalam catatan IPNU Jawa Timur, KH Sholeh Hayat adalah bagian dari angkatan pertama organisasi tersebut yang berdiri pada tahun 1954. Istrinya, almarhumah Hj. Fuaidah, juga memiliki kiprah penting sebagai Ketua IPPNU Bangil. Kehilangan sosok seperti KH Sholeh Hayat menjadi duka besar, tidak hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi keluarga besar NU dan masyarakat luas. (antara-zak/fajar)