Muncul Rasa Cemas Saat Hendak Balas Pesan, Bisa Jadi Akibat Kecemasan Ini

  • Bagikan
ilustrasi kecemasan saat membuka atau membalas pesan (freepik)

FAJAR.CO.ID, JAKARTA - Jangan sepelekan jika ada perasaan tertekan saat harus membalas pesan singkat. Bisa jadi, ini gejala texting anxiety.

Tanda lain seseorang mengalami kecemasan tak biasa ini adalah munculnya rasa khawatir untuk bertanya di grup obrolan, baik di kampus maupun di kantor. Jika kamu mengalaminya, kamu tidak sendirian.

Apa Itu Texting Anxiety?

Texting anxiety adalah ketegangan yang dirasakan seseorang saat berkomunikasi lewat pesan. Fenomena ini telah meningkat terutama sejak pandemi COVID-19, ketika interaksi tatap muka sangat terbatas dan orang-orang beralih ke media sosial sebagai satu-satunya cara berhubungan.

Rasa cemas ini sering kali menjadi indikator bahwa kamu mungkin perlu mengistirahatkan diri dari media sosial dan perangkat elektronik.

Mengapa Kita Mengalami Texting Anxiety?

Ada berbagai faktor yang bisa menjadi penyebab texting anxiety. Penelitian menunjukkan bahwa interaksi melalui pesan teks kerap dapat menciptakan dampak emosional yang negatif.

Proses menulis pesan bisa jadi lebih melelahkan dibandingkan berbicara secara langsung karena terbatasnya komunikasi non-verbal seperti ekspresi wajah dan nada suara yang sering kali mengakibatkan salah persepsi.

Momen ketika pesan kita tak kunjung mendapat respons juga bisa memperburuk rasa cemas. Keterkaitan antara rendahnya rasa percaya diri dan penggunaan gadget menjadi perhatian, sebab mereka yang kurang percaya diri cenderung menghabiskan waktu lebih banyak dengan ponsel saat merasa tertekan.

Stress yang muncul saat berkirim pesan bisa berkaitan dengan tekanan untuk selalu terhubung dan kebutuhan untuk memenuhi ekspektasi sosial. Hal ini dapat memicu kelelahan psikologis yang lebih dalam, dikenal dengan istilah texting fatigue.

Ada beberapa alasan mengapa seseorang merasa cemas saat berkirim pesan:

  1. Overthinking: Mengetik pesan membutuhkan waktu dan tenaga lebih dibanding berbicara langsung. Kita cenderung berpikir keras agar pesan tidak disalahpahami.
  2. Batasan Interaksi: Pesan teks tidak menyampaikan ekspresi wajah atau intonasi, sehingga rentan disalahartikan.
  3. Takut Tidak Direspon: Tidak mendapat balasan dapat memicu kecemasan dan menurunkan harga diri (self-esteem).
  4. Technostress: Stres akibat penggunaan teknologi berlebihan, terutama saat bekerja, dapat memicu texting fatigue atau kelelahan karena terlalu sering berkirim pesan.

Tips Mengatasi Texting Anxiety

Memang, memulai atau membalas percakapan lewat teks bisa sangat melelahkan, terutama bagi para introvert. Namun, penting untuk tidak membiarkan kecemasan ini mengganggu kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi texting anxiety:

Bertemu Secara Langsung

Manfaatkan kesempatan untuk berbicara secara langsung. Pertemuan tatap muka dapat membantu menyampaikan maksud dan tujuan lebih jelas daripada pesan teks yang ambigu. Jangan ragu untuk berbagi perasaanmu tentang texting anxiety untuk menghindari kesalahpahaman.

Praktikkan Mindfulness

Mindfulness adalah teknik untuk menjadi lebih sadar akan diri sendiri dan lingkungan sekitar. Hal ini dapat mengurangi kecemasan dan membantu kamu membuat keputusan yang lebih baik terkait penggunaan pesan teks.

Lakukan Digital Detox

Batasi waktu penggunaan perangkat digitalmu. Digital detox efektif untuk mengurangi stres dan meningkatkan produktivitas. Sesuaikan interval detox sesuai dengan kebutuhanmu.

Atur Notifikasi

Mematikan notifikasi dari aplikasi yang tidak terlalu penting dapat membantu mengurangi gangguan dan ketegangan yang timbul saat menerima pesan.
Keterkaitan Kecemasan dan

Asupan Vitamin C

Dalam berbagai studi, kekurangan vitamin C telah terbukti memicu gangguan psikologis seperti stres dan kecemasan. Menjaga asupan vitamin C yang cukup dapat membantu memperbaiki suasana hati dan meringankan gejala kecemasan.

Jangan Biarkan Texting Anxiety Mengendalikan Hidupmu

Kecemasan saat berkirim pesan adalah hal yang wajar, tetapi jangan biarkan itu mengganggu aktivitasmu sehari-hari. Dengan langkah-langkah di atas, kamu bisa kembali mengendalikan interaksi digitalmu tanpa rasa takut berlebihan. (Wahyuni/Fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan