FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Isu serangan ransomware terhadap Bank Rakyat Indonesia (BRI) dikonfirmasi hoaks. Itu diungkapkan pemerintah dan pihak BRI.
Isu ini mulanya beredar setelah akun X bercentang biru asal Amerika, @falconfeeds.io, memposting klaim bahwa data personal, klien, dan keuangan BRI bisa dihapus atau diunduh secara gratis melalui tautan yang disediakan.
Bahkan, akun itu membagikan tangkapan layar yang memperlihatkan hitung mundur waktu tebusan hingga 24 Desember 2024. Kabar ini dengan cepat menyebar di lini masa, termasuk di kalangan pengguna X asal Indonesia, yang membuat situasi menjadi panas.
Namun, hanya sehari setelahnya, akun FalconFeeds.io mengeluarkan klarifikasi bahwa informasi ransomware tersebut adalah hoaks.
Dalam cuitannya, FalconFeeds menjelaskan bahwa klaim serangan itu tidak valid, berdasarkan data dan bukti yang mereka analisis.
Pengguna X lainnya, @secgron, turut membuktikan bahwa klaim ransomware terhadap BRI adalah palsu.
Ia menemukan bahwa data yang diklaim sebagai hasil peretasan hanya berisi 100 baris data yang ternyata sudah lama tersedia di platform seperti Scribd dan PDFCoffee.
“Setelah tenggat waktunya habis, akhirnya datanya dirilis oleh pelaku. Isi datanya cuma 1 file excel yang isinya cuma 100 row data yang match dengan salah satu dokumen di Scribd. Mari tepuk tangan untuk Bashe, grup ransomware terkocak sepanjang masa,” tulisnya.
Meski bukti-bukti hoaks telah beredar luas, seorang pengamat IT dengan akun @realmrbert justru bersikukuh menyebut kabar ini sebagai fakta dan menuding pihak yang membantahnya sebagai buzzer.
“Perhatikan komen di bawah, banyak yang bilang hoaks. Coba lihat berapa jumlah followernya, wkwkwk. Selamat bekerja buzzer,” tulis Mr Bert.
Menanggapi kegaduhan ini, Pratama Dahlian Persadha dari Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) dengan tegas menyebut isu ransomware tersebut sebagai hoaks.
“Jika Bashe benar-benar memiliki data hasil serangan ransomware, mereka pasti akan mengunggah sampel yang signifikan, misalnya 100 ribu data dari puluhan juta data nasabah BRI. Nyatanya, mereka hanya menyebar file yang sudah ada di internet sejak lama. Ini hanya upaya coba-coba memeras BRI,” jelasnya.
Sementara itu, BRI juga telah memastikan keamanan data nasabah hingga saat ini terjaga serta sistem dan transaksi berjalan normal. Itu disampaikan Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI, Arga M. Nugraha menanggapi informasi yang beredar perihal serangan Bashe Ransomware terhadap BRI.
"BRI telah melakukan asesmen mendalam dan tidak menemukan adanya ancaman ransomwareterhadap sistem kami. Asesmen lebih lanjut juga menunjukan bahwa data yang dipublikasikan bukanlah data keluaran dari sistem BRI," jelasnya dalam akun resmi Instagram perusahaan.
Ia memastikan sistem keamanan teknologi informasi yang dimiliki BRI telah memenuhi standar internasional dan terus diperbarui secara berkala untuk menghadapi berbagai potensi ancaman.
Selain itu langkah-langkah proaktif terus dilakukan BRI untuk memastikan bahwa informasi nasabah tetap terlindungi.
"Nasabah tetap dapat menggunakan seluruh sistem layanan perbankan BRI, termasuk layanan perbankan digital seperti BRImo, QLola, ATM/CRM, dan layanan BRI lainnya seperti biasa dengan keamanan data yang terjaga," jelasnya.
Selain itu, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid juga mengungkapkan hal serupa.
Meutya menyebut pihaknya telah berkordinasi dengan Badan Siber dan Sandi Nasional (BSSN) dan mendapatkan tidak ada serangan yang menyasar sektor perbankan.
"Sejauh ini kami telah berkordinasi dengan BSSN dan tidak menemukan peretasan," katanya dalam acara level Level UP UMKM bersama Menkomdigi beberapa waktu lalu.
(Arya/Fajar)