Namun, apa yang terjadi selanjutnya di luar dugaan. Salah satu pelaku keluar dari mobil sambil mengacungkan senjata api.
“Dia bilang, ‘Saya anggota TNI AU, siapa lo?’ sambil mengancam kami dengan pistol,” kenang Agam.
Sementara itu, sebuah mobil hitam yang diduga bagian dari komplotan pelaku tiba-tiba mundur dengan keras, menabrak mobil Ilyas dan rombongannya.
Namun, hal itu tidak menghentikan upaya Ilyas untuk menuntaskan pengejaran.
Pengejaran membawa mereka hingga ke Rest Area Balaraja. Saat itu, situasi berubah menjadi mencekam. Tembakan terdengar memecah keheningan malam.
“Beberapa kali terdengar bunyi tembakan. Ayah saya terkena tembakan di dada dan tangan,” ungkap Agam dengan suara bergetar.
Dalam suasana panik, Ilyas ditemukan tergeletak di dekat minimarket dengan luka tembak yang parah. Rekannya, R, juga menjadi korban tembakan dan mengalami luka serius.
Dua korban segera dilarikan ke RSUD Balaraja. Namun, nasib berkata lain. Ilyas menghembuskan nafas terakhirnya di perjalanan, meninggalkan luka mendalam bagi keluarganya.
“Ayah saya adalah orang yang selalu bertanggung jawab atas pekerjaannya. Bahkan, dia rela mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan usahanya,” ujar Agam sambil menahan tangis.
Kisah Ilyas Abdul Rahman bukan hanya tentang seorang pengusaha yang menjadi korban kejahatan, tetapi juga tentang perjuangan tanpa pamrih demi mempertahankan integritas dan tanggung jawab.
Namun, tragedi ini juga menjadi alarm keras bagi aparat penegak hukum untuk lebih serius menangani kasus-kasus kriminal seperti ini.