Kejelian Petugas BRILink Bongkar Sindikat Uang Palsu di Kampus UIN Makassar

  • Bagikan
Uang Palsu (Ilustrasi)

FAJAR.CO.ID, GOWA -- Bermula dari lima lembar uang pecahan Rp100 ribu, sebuah sindikat uang palsu yang beroperasi di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar terbongkar.

Hebatnya, kunci awal pengungkapan ini berasal dari kejelian seorang petugas BRILink yang mencurigai uang tersebut saat digunakan untuk transaksi.

Petugas yang tidak disebutkan namanya itu kemudian melaporkan temuannya ke Polsek Pallangga, Kabupaten Gowa.

Berdasarkan laporan ini, penyelidikan mendalam langsung dilakukan Satreskrim Polres Gowa.

Hasilnya, pabrik uang palsu canggih ditemukan di perpustakaan kampus UIN Alauddin Makassar.

Dalam sebuah wawancara di televisi swasta, Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak, mengungkapkan bahwa sindikat ini menggunakan alat cetak seharga Rp600 juta yang didatangkan langsung dari China.

"Mereka juga sudah memesan tinta dari luar negeri yang harganya lebih dari Rp20 juta per jenis, namun tidak bisa masuk karena dibanned bea cukai," kata Reonald.

Proses pembuatan uang palsu pun tidak main-main, melibatkan 11 tahapan pencetakan yang rumit. Namun, sehebat apapun teknologinya, uang palsu ini tetap menyisakan celah.

Selain alat cetak, polisi juga menyita ribuan lembar uang palsu pecahan Rp100 ribu serta tinta impor senilai Rp15 juta hingga Rp20 juta per jenis.

Polisi mengidentifikasi dua pelaku utama di balik sindikat ini, yakni Annar Salahuddin Sampetoding dan Andi Ibrahim.

Keduanya diduga sebagai otak di balik operasi pemalsuan ini. Mereka dijerat Pasal 36 dan 37 KUHP, dengan ancaman hukuman minimal 10 tahun hingga maksimal seumur hidup.

Sebelumnya, Muhammad Syahruna (52), salah satu tersangka kasus peredaran uang palsu, memberikan pengakuan eksklusif dalam wawancara dengan TV One mengenai detail proses pembuatan uang palsu.

Ia mengungkapkan bahwa proses tersebut memerlukan ketelitian tinggi dan melalui banyak tahap yang rumit.

"Ini butuh 19 kali pengerjaan, karena salah satu saja yang rusak, maka gagal. Dibuang," ujar Syahruna di ruang penyidik.

Syahruna menjelaskan, proses pembuatan dimulai dengan mencetak tali air dan benang menggunakan mesin yang sama.

"Prosesnya, pencetakan tali air dulu sama benang dengan mesin yang sama," sebutnya.

Menurutnya, dalam satu hari tahap pertama, mereka mampu memproduksi sekitar satu ring kertas atau seribu lembar uang palsu pecahan Rp100 ribu.

"Satu kali produksi, kami coba kemarin sedikit dulu karena itu butuh proses. Jadi satu hari, tahap pertama sekitar satu ring (kertas), seribu lembar Rp100 ribu kalau dirupiahkan. Sekitar seratus juta," Syahruna menuturkan.

Proses tersebut dilakukan Syahruna bersama rekannya, Ambo Ala, yang bertugas sebagai partner produksi.

"Untuk memproduksi, saya sendiri dengan Ambo Ala, berdua," terangnya.

Sementara itu, bekas Kepala Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Andi Ibrahim, disebut Syahruna hanya berperan sebagai koordinator.

"Ini ruangannya di dalam perpustakaan, lantai bawah. Kalau pak Ibrahim dia hanya koordinator," tandasnya.

(Muhsin/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan