Tak Ada Makan Siang Gratis

  • Bagikan

Asyik. Dalihnya kuat, menuju generasi berkualitas. Memastikan tiap anak, dapat asupan nutrisi yang cukup. Pertumbuhan fisik, kesehatan dan mental anak, terjamin. Anak sekolah bisa berkonsentrasi menata performa akademiknya agar semakin baik.

Program ini, asing bagi kita. Tapi, 25 dari 27 negara persemakmuran Eropa, sejak lama menerapkan. Di Finlandia misalnya, sejak 1948, meski diladeni hanya 850 ribu siswa. Negara lain di Eropa, makan siang gratis, ditujukan hanya pada anak-anak dari golongan keluarga berpendapatan rendah.

Indonesia bagaimana? Penduduknya terbesar keempat dunia. Wilayahnya luas, ribuan pulau. Ikut menerapkan makan siang gratis, mesti melayani 82,9 juta orang. Anggaran dibutuh, Rp 460 Triliun pertahun. "Every body will ask", semua kita bertanya, muasal mana negara dapat uang sebesar itu?


Merealisasi janji -- kini nama program ini keren, Makan Bergizi Gratis (MBG) -- sekira gimana ya? Apa sebelumnya telah dikalkulasi? Soalnya, saat sama negara mesti melunasi banyak utang. Niatnya baik, meski (usah disesali) mulanya demi meraih simpati pemilih. Mumpung, kini eranya pemilih maniak gratis. "Minal mahdi ilal lahdi", dari lahir hingga liang lahat.

Idialnya Rp 460 Triliun pertahun untuk 82,9 juta orang. Tapi kekuatan APBN kita 2025 ini, hanya mampu menyisih Rp 71 Triliun, dari Rp 140 Triliun yang dibutuh, melayani 15 hingga 17 juta orang. Penanda, tahun ini ada 60-an juta lagi belum disentuh. Pun, Rp 71 Triliun yang ada, kurang Rp 69 Triliun lagi. Dan semua kita bertanya lagi, "Every body will ask", muasal mana negara dapat uang sebesar itu?

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan