FAJAR.CO.ID, MAKASSAR - Lavender marriage adalah jenis pernikahan yang dilakukan bukan karena cinta, melainkan untuk menyembunyikan orientasi seksual salah satu pasangan.
Istilah ini menggambarkan hubungan pernikahan yang terbentuk karena tekanan sosial dan budaya yang membuat salah satu pihak merasa harus bersembunyi demi menjaga citra atau reputasi.
Apa Itu Lavender Marriage?
Secara sederhana, lavender marriage adalah pernikahan yang dilalui oleh pasangan, namun tidak didasari oleh perasaan cinta sejati.
Salah satu pasangan, seringkali dengan orientasi seksual yang berbeda dari norma sosial, merasa perlu menikah dengan orang yang berlawanan jenis sebagai bentuk perlindungan terhadap identitasnya. Hal ini sering terjadi karena takut dihukum atau dihakimi oleh masyarakat.
Mengapa Lavender Marriage Bisa Terjadi?
Fenomena lavender marriage sering kali terjadi pada kalangan selebritas, politisi, atau orang-orang dengan pekerjaan yang memerlukan citra publik yang sempurna.
Mereka merasa bahwa jika orientasi seksual mereka terungkap, itu bisa merusak karier atau status sosial mereka.
Oleh karena itu, mereka memilih untuk menikah dengan seseorang yang mereka anggap "aman" untuk menjaga citra tersebut, meski perasaan cinta dan ikatan emosional tidak ada dalam pernikahan itu.
Bagaimana Lavender Marriage Bekerja?
Pasangan dalam lavender marriage biasanya sepakat untuk menjalani pernikahan seperti pasangan pada umumnya, dengan harapan bisa menutupi kenyataan yang sebenarnya.
Mereka hidup bersama di depan publik, tetapi tanpa adanya kedalaman emosional atau ikatan romantis dalam hubungan mereka. Kehidupan sehari-hari lebih berfokus pada penampilan dan memenuhi harapan sosial daripada berbagi perasaan yang tulus.
Apakah Lavender Marriage Masih Ada?
Dulu, lavender marriage sering menjadi pilihan bagi banyak orang yang tidak bisa terbuka mengenai orientasi seksual mereka, terutama di negara-negara dengan norma sosial yang sangat ketat.
Namun, seiring dengan meningkatnya kesadaran dan penerimaan terhadap komunitas LGBTQ+, fenomena ini semakin berkurang.
Meski begitu, di beberapa tempat atau dalam lingkungan tertentu, lavender marriage masih bisa ditemukan, meskipun lebih jarang.
Dampak dari Lavender Marriage
Walaupun tujuan utama lavender marriage adalah untuk menyembunyikan orientasi seksual, hubungan ini seringkali menimbulkan ketidakbahagiaan bagi pasangan yang terlibat.
Tanpa adanya cinta, hubungan ini menjadi semacam "pernikahan kosong," yang dapat menimbulkan perasaan kesepian, tertekan, dan terkadang kebingungan tentang identitas diri. Sebagai hasilnya, tekanan emosional yang dirasakan bisa berimbas pada kesejahteraan mental pasangan.
Di zaman yang semakin terbuka ini, semakin banyak orang yang merasa bebas untuk menjadi diri mereka sendiri tanpa harus menyembunyikan siapa mereka sebenarnya.
Lavender marriage mungkin sudah tidak lagi menjadi pilihan utama bagi banyak orang, karena kebebasan untuk mencintai siapa saja kini semakin dihargai. (Wahyuni/Fajar)