FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Seorang lansia di Pamulang dilaporkan meninggal dunia saat mengantre untuk membeli gas elpiji bersubsidi 3 kg.
Kejadian ini memicu reaksi dari berbagai pihak, termasuk pakar hukum tata negara, Zainal Arifin Mochtar.
Zainal menyoroti bahwa meskipun ada banyak kemungkinan penyebab di balik kematian tersebut, peristiwa ini tetap menggugah keprihatinan mendalam.
"Saya tak punya kemampuan untuk melacak detail benarkah ini dan kenapa terjadi," ujar Zainal di Instagram Pribadinya @zainalarifinmochtar (4/2/2025).
Ia juga mengajak masyarakat untuk merenungkan kondisi sosial yang memungkinkan tragedi ini terjadi.
"Tentu saja bisa banyak penyebab utama di balik kematian beliau," cetusnya.
"Seribu satu alasan bisa dicari. Satu hal jelas, kecil atau besar bisa jadi ada relasinya," sambung dia.
Ia kemudian menyemprot Presiden Prabowo dan para pembantunya di kabinet. Sebab, kebijakan yang dikeluarkan, khususnya Kementerian ESDM terbilang menyusahkan rakyat.
"Tapi mohon coba renungkan dikit, inikah yang kita maui dari sebuah negara yang dijalankan oleh pemerintah dan keseluruhan aparatnya?," Zainal menuturkan.
Dikatakan, tanpa perlu membahas tanggung jawab pemerintah lebih jauh, peristiwa ini seharusnya cukup untuk menggugah rasa kebersamaan sebagai sesama warga negara.
"Tak perlu jauh bicara soal tanggungjawab, cukup soal merasa sebagai tubuh yang satu sesama warga negara saja, kita teriris," kuncinya.
Sebelumnya diketahui, seorang wanita lanjut usia, Yonih (62), warga Pamulang, meninggal dunia setelah mengantre untuk membeli gas elpiji 3 kg pada Senin (3/2/2025) sekitar pukul 12.30 WIB.
Informasi mengenai kejadian ini ramai dibahas di media sosial, termasuk video yang menampilkan makam almarhumah.
Berdasarkan keterangan keluarganya, Yonih berangkat sendirian dengan berjalan kaki menuju agen gas yang berjarak sekitar 500 meter dari rumahnya.
"Beliau pergi untuk mengantre gas. Setelah menunggu sekitar satu jam, beliau mendapatkan gas dan pulang dengan berjalan kaki," kata saudara Yonih, Rohaya.
Dalam perjalanan pulang, Yonih sempat berhenti di dekat tempat laundry untuk beristirahat. Sesampainya di rumah, kondisi kesehatannya tiba-tiba menurun.
Saat hendak diajak bicara, Yonih tidak memberikan respons. Lalu beliau tiba-tiba pingsan.
Keluarga segera membawa Yonih ke Rumah Sakit Permata, namun dokter menyatakan bahwa nyawanya sudah tidak dapat diselamatkan.
Kejadian ini menimbulkan keprihatinan publik, terutama terkait sulitnya akses bagi masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan pokok seperti gas elpiji bersubsidi.
(Muhsin/fajar)