FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Tagar #KaburAjaDulu kian ramai diserukan warganet atau netizen di sejumlah platform media sosial. Tren ini diduga muncul karena kian beratnya masalah sehari-hari yang dihadapi masyarakat di Indonesia, mulai dari tekanan pekerjaan, pendidikan, hukum, dan sosial lainnya.
Platform media sosial X atau Twitter termasuk yang paling ramai menyerukan tagar #KaburAjaDulu. Tren ini kemudian juga diserukan dan menjadi topik di media sosial lain seperti Instagram dan Tiktok.
Unggahan yang ditampilkan dengan disertai tagar #KaburAjaDulu antara lain memunculkan isu terkait kesempatan studi atau bekerja di luar negeri. Banyak yang menyerukan "kabur" dari Indonesia untuk mencari kesempatan bekerja, belajar, dan hidup lebih baik di luar negeri.
Lantas, negara mana saja yang menjadi tujuan ketika ingin #KaburAjaDulu? Singapura salah satu negara idaman netizen Indonesia. Selain jaraknya lebih dekat dari Indonesia, negara kota ini memberi kepastian sistem pendidikan dan hidup yang lebih baik.
Sejumlah warganet juga merekomendasikan negara lain seperti Jerman, Jepang, Amerika, hingga Australia sebagai negara tujuan yang tepat untuk pindah.
Data Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkumham menunjukkan, sebanyak 3.912 WNI usia 25-35 tahun memilih menjadi warga negara Singapura pada 2019 hingga 2022.
Tagar #KaburAjaDulu terkesan isu sederhana yang dituangkan warganet di media sosial. Namun, tren ini juga menjadi alarm yang menunjukkan mulai jengahnya masyarakat Indonesia dengan kondisi saat ini.
Tren #KaburAjaDulu juga menunjukkan fenomena brain drain yang merujuk pada migrasi tenaga kerja terampil dan berpendidikan tinggi dari negara asal ke negara lain. Selama menawarkan peluang ekonomi, pendidikan, dan kualitas hidup yang lebih baik, pindah ke negara lain dianggap menjanjikan kehidupan lebih baik.
Fenomena brain drain semakin nyata dengan meningkatnya jumlah profesional muda yang memilih berkarier di luar negeri.
Kondisi itu didukung dengan fakta tidak sedikit warganet mengeluhkan soal kondisi kesejahteraan dan ingin mendapatkannya seperti yang dinikmati warga di negara lain.
Adapula warganet yang menganggap kehidupan di Indonesia lebih baik dibanding negara lain, terutama soal aturan yang tidak seketat di luar negeri, terutama regulasi di Singapura. Masyarakat di Indonesia masih bisa menoleransi beberapa aktivitas yang sebenarnya dianggap sebagai pelanggaran di luar negeri.
Adapula yang menyebut harga bahan pokok di Indonesia jauh lebih murah dibanding harga-harga di negara lainnya. Meskipun gaji di luar negeri cukup tinggi, tapi biaya juga sebanding dengan pendapatan yang diterima. (*)