FAJAR.CO.ID -- Pengakuan Presiden Prabowo Subianto tentang peran Jokowi memenangkan Pilpres 2024 menuai sorotan. Pengamat politik Ubedilah Badrun menilai, selain membuktikan cawe-cawe Jokowi di pilpres, juga menunjukkan lemahnya mesin politik Partai Gerindra dan koalisinya.
Bahkan, Ubedilah Badrun menilai pidato politik Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dalam acara perayaan HUT ke-17 partai bernomor dua pada Pemilu 2024 di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/2) kemarin, tak menunjukkan kelas sebagai Presiden RI.
Alasan Ubedillah, mantan Menteri Pertahanan (Menhan) RI itu begitu banyak menyampaikan sanjungan dalam pidato politik.
Sebelumnya, Prabowo mengakui sosok Jokowi dan partai di Koalisi Indonesia Maju (KIM) menjadi faktor penentu kemenangan pada pilpres 2024.
"Saya katakan di sini kita berhasil karena kita didukung oleh Presiden ke-7. Tepuk tangannya kurang semangat. Semangat lagi," kata Prabowo dalam pidatonya di SICC, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/2/2024).
Prabowo bahkan berteriak lantang dengan menyebut hidup Jokowi dan meminta semua pihak menghargai jasa pemimpin bangsa.
Melansir jpnn.com, Ketua Departemen Sosiologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) itu menilai pidato Prabowo yang menyatakan Jokowi faktor kemenangan Prabowo menunjukkan mesin politik Gerindra lemah.
"Jika kemenangan Prabowo itu karena faktor Jokowi itu menunjukan betapa lemahnya mesin Partai Gerindra dan koalisinya, karena betapa bergantungnya Prabowo pada Jokowi," kata Ubedilah.
Prabowo Subianto dua kali kalah menghadapi Jokowi di Pilpres menggunakan mesin politik Partai Gerindra dan koalisi partai besar lainnya. Dia berhasil menang di Pilpres 2024 dan diakui karena dibantu oleh Jokowi.
Tak hanya lemahnya mesin partai politik Partai Gerindra, pengakuan Prabowo soal peran Jokowi membuatnya menang di pilpres, kata Ubedillah,
juga menandakan kebenaran analisis berbagai pihak tentang cawe-cawe Jokowi dalam pilpres 2024.
"Membenarkan analisis bahwa Jokowi punya kekuatan untuk cawe-cawe saat pilpres karena Jokowi masih berkuasa saat Pilpres 2024 dan dengan mesin kekuasaan itu Jokowi memanfaatkan jejaring komando dan kuasanya memanfaatkan instrumen kekuasaan untuk memenangkan Prabowo," kata Ubedilah.
Pidato Prabowo dalam perayaan HUT ke-17 Gerindra, ujar Ubedillah, mendukung narasi yang muncul dalam film Dirty Vote yang muncul pada pilpres 2024.
"Jadi pidato Prabowo itu adalah narasi empirik (bukti, red) yang menunjukan bahwa film Dirty Vote 2024 yang lalu itu menunjukan kebenarannya," ujar Ubedilah. (fajaronline/jpnn)