“Kenapa Kabinet Prabowo tidak dibandingkan dengan Kabinetnya Donald Trump, atau Xi Jinping, atau Narendra Modi? Dibandingkan dengan negara-negara besar lain di dunia,” tambahnya.
Henru menyebut hal itu sebagai teknik retorika Strawman Fallacy, sebuah cara argumentasi tanpa kehadiran lawan debat di panggung dengan menciptakan versi lemah yang diindentikkan sebagai argumen lawan yang seolah olah itu argumen atau logika asli dari para pengritiknya.
“Apa yang dilakukan Prabowo justru mengalihkan perhatian pada isu perdebatan yang sebenarnya, yaitu keharusan efisiensi. Prabowo justru nampak tidak fair. Tidak adil dan tidak relevan karena memutarbalikkan argumen pengritiknya,” pungkasnya.
“Apa yang dilakukan Prabowo
Justru memperburuk miskomunikasi dan polarisasi dalam diskusi publik di negeri ini. Rakyat makin terbelah dan bisa menciptakan ketidaksukaan dan amarah,” tandasnya.
Adapun perkataan ndasmu Prabowo itu disampaikan di Hari Ulang Tahun (HUT) Partai Gerindra. Di dalam pidatonya, Prabowo menanggapi kritik terhadap kabinet yang dinilai sejumlah pihak gemuk.
Tidak gamblang, Prabowo mulanya menyebut ada orang pintar yang menganggap kabinetnya gemuk.
“Ada Orang-orang pinter itu bilang kabinet ini kabinet gemuk. Terlalu besar,” kata Prabowo.
Lalu ia melanjutkan seolah berbisik.
“Ndasmu,” ucapnya.
Pegiat Media Sosial bercentang biru, Cak Khum menyoroti laku Prabowo itu. Ia menyoal hal tersebut.
“Presiden kok kerjaannya Curhat, kalau nggak gitu omon-omon tok,” kata Cak Khum dikutip dari unggahannya di X, Sabtu (15/2/2025).