Aset yang Dikelola
Danantara akan mengelola aset negara yang ditargetkan mencapai lebih dari USD900 miliar atau setara Rp14.715 triliun. Beberapa sektor utama yang akan menjadi fokus investasi meliputi energi terbarukan, infrastruktur, dan ketahanan pangan.
Tujuh BUMN besar yang telah bergabung dalam Danantara tahap awal adalah:
- Bank Mandiri – Aset Rp2.174 triliun
- Bank Rakyat Indonesia (BRI) – Aset Rp1.965 triliun
- Bank Negara Indonesia (BNI) – Aset Rp1.087 triliun
- PLN – Aset Rp1.671 triliun
- Telkom Indonesia – Aset Rp318 triliun
- Mining Industry Indonesia (MIND ID) – Aset Rp259 triliun
- Pertamina – Aset Rp1.412 triliun
Total aset yang dikelola oleh Danantara dalam tahap awal diperkirakan mencapai USD600 miliar atau Rp9.504 triliun, dengan target peningkatan hingga USD982 miliar. Jika tercapai, Danantara akan menjadi salah satu Sovereign Wealth Fund (SWF) terbesar keempat di dunia.
Fungsi dan Pengawasan
Danantara akan berfungsi sebagai super holding yang mengelola investasi pemerintah dan aset BUMN secara lebih efisien. Perannya berbeda dengan Kementerian BUMN yang bertindak sebagai regulator, karena Danantara akan menjadi eksekutor investasi serta mengelola dividen BUMN untuk dialokasikan ke proyek-proyek strategis.
Presiden Prabowo meminta para mantan presiden Indonesia serta pemimpin organisasi keagamaan untuk ikut mengawasi pengelolaan Danantara.
"Danantara adalah kekuatan energi masa depan dan ini harus kita jaga bersama. Karena itu, saya minta semua Presiden sebelum saya berkenan ikut menjadi pengawas di dana ini. Saya juga berpikir kalau perlu pimpinan NU, pimpinan Muhammadiyah, pimpinan mungkin dari KWI dan sebagian lain-lain ikut juga membantu mengawasi," kata Prabowo.
Namun, wacana pengawasan ini menuai kritik dari berbagai pengamat ekonomi dan antikorupsi yang menilai bahwa pengawasan sebaiknya dilakukan oleh lembaga profesional dan independen agar bebas dari intervensi politik.