FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, mendapat sorotan tajam dari warganet setelah mengomentari ceramah Anies Baswedan di Masjid Kampus UGM.
Seperti diketahui, dalam cuitannya di X, Raja Juli menyinggung isi ceramah tersebut dengan menyatakan bahwa masjid seharusnya menjadi tempat ibadah, bukan ajang sindiran politik.
"Masjid tempat ibadah (Emoticon silang), Masjid tempat sindir politik (Emoticon centang benar)," kata Raja Juli.
Pernyataan ini langsung menuai reaksi dari netizen. Salah satu yang paling banyak disorot adalah komentar dari akun terverifikasi King Purwa (@BosPurwa).
"Jabatan menteri tapi level buzzer," cetusnya.
Unggahan ini kemudian menjadi viral, dengan lebih dari 6.107 retweet, 388 kutipan, dan 38 ribu suka hingga Rabu (6/3/2025).
Warganet menilai pernyataan Raja Juli Antoni lebih mirip komentar dari pendengung politik (buzzer) ketimbang pernyataan seorang pejabat negara.
Selain itu, beberapa netizen juga mempertanyakan apakah seorang menteri seharusnya lebih fokus pada tugasnya di pemerintahan daripada mengomentari isi ceramah seseorang.
Terpisah, Jurnalis dan aktivis Dandhy Laksono menanggapi pernyataan Wakil Menteri ATR/BPN Raja Juli Antoni yang mengkritik ceramah Anies Baswedan di Masjid Kampus UGM.
Dandhy menekankan bahwa kajian sosial-politik di tempat ibadah bukanlah hal baru dan telah lama menjadi bagian dari diskusi publik di berbagai institusi keagamaan.
"Seperti Salman ITB, masjid UGM sering bikin kajian sosial-politik," ujar Dandhy di X @Dandhy_Laksono (6/3/2025).
"Ceramah di beberapa gereja di Flores atau Papua isinya juga nyindir rezim yang proyeknya mengancam umat," tambahnya.
Dandhy menegaskan bahwa fenomena kritik sosial di tempat ibadah muncul karena kurangnya ruang dialog yang bisa diandalkan dari institusi negara.
"Kenapa di tempat ibadah? Karena kantor Kementerian Kehutanan gak bisa diandalkan atau jadi biang masalah,” tandasnya.
Pernyataan ini muncul di tengah polemik mengenai ceramah Anies Baswedan di Masjid Kampus UGM yang dikaitkan dengan politik pasca Pilpres.
Adapun Dandhy, menguatkan bantahannya kepada Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni yang sebelumnya mengkritisi Anies.
Dalam waktu dekat Dandhy bakal terlibat kajian publik bertajuk “Tambang bagi Organisasi Keagamaan & Perjuangan Revitalisasi Peran Agama terhadap Usaha Mewujudkan Keadilan Ekologi."
Selain Dandhy, kajian ini bakal menghadirkan sejumlah tokoh sebagai pembicara.
Sebelumnya, Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) dipadati jamaah pada Senin (3/3/2025) malam, saat Anies Rasyid Baswedan menyampaikan ceramah bertajuk "Ramadan Public Lecture".
Acara ini digelar setelah salat Isya dan Tarawih, dihadiri oleh mahasiswa, akademisi, hingga masyarakat umum.
Dalam pembukaannya, Anies menyampaikan rasa syukur bisa kembali ke UGM, tempatnya menimba ilmu.
"Hujan ternyata tidak menghentikan langkah," ujar mantan Gubernur DKI Jakarta itu, mengapresiasi antusiasme jemaah.
Ia pun mengungkapkan kedekatannya dengan UGM, bukan hanya sebagai kampus, tetapi juga sebagai bagian dari perjalanan hidupnya.
"Alhamdulillah kita semua berkumpul. Saya merasa bersyukur sekali bisa kembali ke Gadjah Mada," tuturnya.
"Bukan sekadar ke kampus, tapi ini kembali ke kampung halaman," lanjutnya.
Dalam ceramahnya, Anies mengangkat tema "Infrastruktur Pendidikan dan Kualitas Manusia".
Ia menekankan bahwa fasilitas pendidikan harus menjadi ruang bagi berkembangnya imajinasi, kreativitas, keberanian, serta ketekunan.
"Ini soal bagaimana fasilitas itu membuat imajinasi berkembang, kreativitas tumbuh, keberanian tumbuh, ketekunan dan keteguhan tumbuh," jelasnya.
Namun, ia juga menyoroti ketimpangan infrastruktur pendidikan di Indonesia.
Anies bilang, fasilitas pendidikan di kota besar seperti Yogyakarta sudah cukup baik, tetapi masih banyak daerah terpencil dan wilayah pegunungan yang belum mendapatkan akses yang sama.
"Saya merasakan saat berkeliling, ketimpangan infrastruktur ini luar biasa," tandasnya.
(Muhsin/fajar)