Serukan Boikot, BKPRMI Imbau Masyarakat Muslim Waspada terhadap Kamuflase Merek Global

  • Bagikan
Ketua Umum DPP Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), Nanang Mubarok (foto: TRUST Podcast)

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan boikot terhadap perusahaan yang terafiliasi dengan Israel terus menggema, baik di Indonesia maupun di berbagai belahan dunia. Dampaknya pun semakin terasa, mulai dari penurunan penjualan, anjloknya harga saham, hingga penutupan sejumlah gerai dari merek-merek global yang terkena imbas aksi boikot ini.

Menghadapi tekanan ini, berbagai perusahaan berupaya menarik kembali simpati masyarakat demi menghindari boikot. Fenomena ini semakin jelas terlihat selama bulan Ramadan, di mana banyak perusahaan tersebut aktif melakukan pendekatan ke komunitas Muslim. Mereka menggelar acara di masjid dan berbagai kegiatan lain guna memperbaiki citra serta mengembalikan kepercayaan konsumen Muslim.

“Saya melihat banyak perusahaan terafiliasi Israel seperti brand fried chicken multinasional, Market Leader AMDK, dan perusahaan ritel yang seolah-olah mendukung Palestina. Mereka bahkan menggandeng masjid-masjid lalu mengadakan acara di sana untuk menarik simpati kembali masyarakat,” ungkap Fuad Adnan, Ketua Gerakan Kebangkitan Produk Nasional dilansir fajar.co.id dari TRUST Podcast, Selasa (17/03/2025).

Fuad pun mengingatkan masyarakat Muslim agar tidak mudah terpengaruh oleh strategi kamuflase semacam ini. Ia menegaskan bahwa aksi boikot merupakan salah satu bentuk amar ma’ruf nahi munkar yang dapat dilakukan selama Ramadan sebagai wujud solidaritas terhadap Palestina.

“Di bulan Ramadan ini kita harus memperbanyak amar ma’ruf nahi munkar, dan memperkuat aksi boikot terhadap perusahaan terafiliasi Israel adalah bagian dari itu. Walaupun saat ini telah ada gencatan senjata, tetapi penembakan masih terus terjadi,” tegas Fuad.

Ia juga mengingatkan masyarakat akan praktik 'Palestine Washing', yaitu upaya dari perusahaan pendukung Israel yang berpura-pura menaruh simpati terhadap Palestina. Taktik ini kerap dilakukan dengan memberikan donasi, mengiklankan dukungan, atau menggelar acara tertentu guna membentuk citra positif di mata konsumen Muslim.

Menanggapi fenomena ini, Ketua Umum DPP Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), Nanang Mubarok, turut merujuk pada Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 83 Tahun 2023. Fatwa tersebut secara tegas mengarahkan umat Islam untuk memboikot produk yang terafiliasi dengan Israel dan mendorong penggunaan produk nasional.

“Boikot terhadap perusahaan-perusahaan ini bukan hanya sekadar ajakan moral, tetapi juga bentuk kepedulian nyata terhadap Palestina. Setiap rupiah yang kita belanjakan pada produk mereka, secara tidak langsung turut membiayai penindasan terhadap saudara-saudara kita di Palestina. Ini bukan lagi sekadar preferensi konsumen, tetapi juga sikap kemanusiaan,” ujar Nanang.

Gerakan boikot ini bukan hanya tren sesaat, melainkan sebuah perubahan pola konsumsi yang lebih sadar dan berprinsip. Para aktivis pro-Palestina pun terus mendorong agar aksi ini diperluas ke sektor lain, termasuk investasi dan teknologi, sehingga dampaknya semakin besar.

Konsumen Indonesia memiliki kekuatan besar untuk memberikan tekanan ekonomi yang nyata. Setiap keputusan untuk tidak membeli produk dari perusahaan yang terafiliasi dengan Israel adalah bentuk perlawanan yang tak bisa diabaikan. (bs/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan