Dokter Tifa Soal Kondisi Ekonomi Indonesia: Ambruk Seperti Domino Effect

  • Bagikan
Pegiat Media Sosial, Dokter Tifa

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Ahli epidemiologi sekaligus pegiat media sosial, Tifauzia Tyassuma, menyoroti kondisi ekonomi Indonesia yang dinilainya rentan mengalami keruntuhan seperti efek domino.

Tifa mengungkapkan kekhawatirannya terhadap situasi politik dan ekonomi yang dianggap tidak stabil.

“Ambruk ini nanti kayak domino effect. Satu demi satu bakal ikutan ambrol dan terjungkal,” ujar Tifa (19/3/2025).

Tyassuma juga menyoroti masalah legitimasi pemerintahan saat ini.

Ia menilai bahwa perolehan suara yang hanya 35 persen namun memaksakan diri untuk menduduki posisi wakil presiden (Wapres) menjadi salah satu akar masalah.

“Yang terjadi karena perolehan suara cuma 35 persen tapi maksa jadi Wapres! Menduduki kursi yang tidak sah. Apapun yang dilakukan tidak berkah,” cetusnya.

Menurutnya, situasi tersebut dengan memaksa Gibran Rakabuming sebagai wapres berdampak langsung pada rakyat yang menjadi korban.

“Dan rakyat jadi korban,” tambahnya.

Tifa mempertanyakan keberlanjutan pemerintahan hingga 2029 jika kondisi seperti ini terus berlanjut.

“Kalo kayak gini terus apa bakal sampai 2029? Not sure,” tandasnya.

Ketika ada yang bertanya mengapa fokusnya pada Wapres, Tifa menjawab, “Kok Wapres sih, Dok? Sama aja lah.”

Sebelumnya, IHSG terpaksa di-suspend akibat tekanan pasar yang tinggi, defisit APBN yang semakin membesar, dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar dan masyarakat.

IHSG sempat dihentikan sementara (suspend) setelah mengalami penurunan signifikan, sementara defisit APBN terus membengkak akibat tingginya belanja negara dan menurunnya penerimaan pajak.

Di sisi lain, rupiah terus melemah dan mencapai level terendah dalam beberapa bulan terakhir, menambah tekanan pada perekonomian nasional.

Dikutip dari Antara, trading halt diberlakukan agar perdagangan tidak semakin anjlok akibat kepanikan, sekaligus memberikan waktu bagi investor untuk mencerna situasi dan mengambil keputusan dengan lebih rasional.

Mekanisme trading halt bukan hanya diterapkan di Indonesia, tetapi juga di banyak bursa saham di dunia, termasuk Amerika Serikat, China, Jepang, dan Korea Selatan.

Fungsinya sama, yaitu sebagai rem otomatis untuk menghindari jatuhnya indeks secara berlebihan dalam waktu singkat.

Sejarah menunjukkan bahwa pasar saham cenderung bereaksi secara emosional terhadap berita buruk, sehingga mekanisme ini membantu menenangkan situasi dan mencegah aksi jual yang lebih besar.

Dalam sistem perdagangan di Indonesia, trading halt dipicu oleh beberapa kondisi. Jika IHSG mengalami penurunan lebih dari 5 persen dalam satu sesi perdagangan, maka bursa akan menghentikan perdagangan selama 30 menit.

Jika setelah perdagangan dibuka kembali IHSG masih mengalami penurunan lebih dari 10 persen, maka perdagangan akan dihentikan kembali selama 30 menit.

Jika koreksi terus berlanjut hingga lebih dari 15 persen, maka perdagangan dapat dihentikan hingga akhir sesi atau bahkan diperpanjang ke hari berikutnya dengan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Dalam kasus terbaru, IHSG mengalami koreksi lebih dari 6 persen dalam satu hari, yang langsung memicu mekanisme trading halt selama 30 menit.

(Muhsin/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan