Komunikasi Berkelas, Belajar Sisi Lain dari Kehebatan Surah Al-Fatihah

  • Bagikan

Komunikasi terbaik adalah komunikasi yang bukan hanya berbicara, tetapi juga mendengar. Seperti dalam ayat ini, yang menegaskan bahwa kita hanya beribadah dan memohon kepada Allah, komunikasi pun harus dilakukan dengan sikap ketundukan terhadap kebenaran dan keterbukaan terhadap sudut pandang lain.

Diskusi bukanlah ajang untuk memenangkan ego, tetapi untuk menemukan titik temu. Seperti yang dikatakan filsuf Yunani, Sokrates, "Orang yang bijaksana lebih banyak bertanya daripada berbicara." Maka, dalam komunikasi, ajukan pertanyaan yang membuka ruang pemikiran, seperti:

  • "Bagaimana menurut Anda jika kita mencoba solusi ini?"
  • "Apa pendapat Anda tentang langkah yang bisa kita ambil bersama?"

Dengan cara ini, komunikasi tidak menjadi monolog, tetapi dialog yang produktif.

Memberikan Solusi: Ihdinas-Siratal Mustaqim

Pada akhirnya, komunikasi yang baik harus menghasilkan jalan keluar. Seperti doa dalam ayat ini yang memohon jalan yang lurus, setiap diskusi atau negosiasi harus berujung pada solusi yang jelas dan konkret.

Dalam dunia bisnis dan politik, banyak pertemuan berakhir tanpa keputusan karena tidak adanya kesepakatan yang jelas. Harvard Negotiation Project menekankan bahwa sebuah negosiasi yang baik harus selalu ditutup dengan langkah konkret yang bisa dijalankan oleh semua pihak.

Dalam komunikasi, jangan biarkan pembicaraan mengambang. Pastikan ada solusi yang disepakati bersama: "Jadi, kita sepakat bahwa langkah selanjutnya adalah ini, dan kita akan mengevaluasinya dalam sebulan ke depan." Dengan demikian, komunikasi menjadi alat yang benar-benar membawa perubahan.

Menutup dengan Kesepakatan yang Benar: Ghairil Maghdubi ‘Alaihim wa Ladhdhallin

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan
Exit mobile version