FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Adi Prayitno menyoroti pernyataan kontroversial Kepala Badan Geologi Nasional (BGN) Dadan Hindaya yang menyebut bahwa pemain timnas Indonesia kerap kalah karena kurang gizi dan lahir di kampung.
Adi menilai pernyataan tersebut tidak berdasar dan cenderung mengada-ada.
"Setelah kisruh pernyataan kepala PCO soal kepala babi dimasak saja, kini muncul beginian. Baru tahu awak kalau alasan gizi yang bikin timnas kerap kalah," ujar Adi (23/3/2025).
Adi juga mengkritik argumen Dadan dengan mengingatkan penampilan pemain timnas yang justru terlihat sehat dan terawat.
"Pemain timnas yang waktu dibantai 5-1 oleh Australia kayaknya tidak ada yang kelihatan tampang kurang gizi," tukasnya.
"Semua bule-bule berkecukupan. Bersih, terawat, charming, dan fashionable. Kalah telak tuh!," tandasnya.
Sebelumnya, Dadan Hindayana menyoroti pentingnya asupan gizi sejak usia dini dalam menentukan performa atlet Indonesia, termasuk pemain sepak bola.
Ia menilai bahwa keterbatasan akses terhadap gizi berkualitas menjadi salah satu faktor yang membuat tim nasional kesulitan bersaing di level internasional.
Hal ini diungkapkan Dadan dalam acara penandatanganan MoU antara Badan Gizi Nasional (BGN) dan Kementerian Pekerjaan Umum di Kantor Kementerian PU, Jakarta, Sabtu (22/3/2025).
"Jadi jangan heran kalau PSSI itu sulit menang, karena main 90 menit berat, kenapa? Karena gizinya tidak bagus. Banyak pemain bola lahir dari kampung," kata Dadan.
Ia juga mencatat adanya peningkatan kualitas pemain nasional seiring dengan kehadiran pemain keturunan Belanda yang memiliki asupan gizi lebih baik.
Namun, menurutnya, Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara seperti Australia dan Jepang, yang telah membangun kualitas gizi dan kecerdasan sumber daya manusia selama bertahun-tahun.
"Nah sekarang PSSI sudah agak baik, karena 17 pemainnya merupakan produk makan bergizi di negeri Belanda. Meskipun belum mampu mengalahkan Australia dan Jepang, apalagi Jepang yang makan bergizinya sudah 100 tahun," tambahnya.
Selain aspek fisik, Dadan juga menekankan bahwa kecerdasan dalam membaca permainan lawan merupakan faktor krusial bagi atlet.
Ia berharap, melalui program "Makan Bergizi Gratis", kualitas gizi masyarakat dapat ditingkatkan sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang lebih kompetitif di berbagai bidang, termasuk olahraga.
(Muhsin/fajar)