“Manfaatkan Aliansi Regional seperti ASEAN yang juga terdampak tarif ini, untuk menekan AS secara kolektif. Selain itu, keanggotaan di BRICS (jika terwujud) bisa jadi kartu tawar untuk memperkuat posisi global Indonesia,” jelasnya.
Idealnya, ia mengatakan Indonesia bisa menggabungkan pendekatan negosiasi untuk jangka pendek, diversifikasi untuk jangka menengah, dan penguatan ekonomi domestik untuk jangka panjang.
“Kuncinya adalah fleksibilitas dan inovasi. Jangan hanya bertahan, tapi cari peluang di tengah tantangan,” terangnya.
Ia memberi ilustrasi.
“Misalnya, jika AS tetap membutuhkan mineral atau barang konsumen tertentu, Indonesia bisa memposisikan diri sebagai alternatif dari negara lain yang tarifnya lebih tinggi (seperti China dengan 34% atau Vietnam dengan 46%),” pungkasnya.
“Apa pun strateginya, kecepatan dan koordinasi lintas sektor akan menentukan keberhasilan,” tandasnya.
(Arya/Fajar)