FAJAR.CO.ID -- Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, pada Senin (7/4) menegaskan bahwa Inggris hanya akan menandatangani kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat jika benar-benar sejalan dengan kepentingan nasional.
Pernyataan ini disampaikan menyusul pengenaan tarif baru oleh Presiden AS Donald Trump yang dinilai dapat berdampak besar bagi ekonomi Inggris.
Trump mengumumkan tarif dasar 10 persen atas seluruh impor, termasuk tarif 25 persen untuk mobil buatan Inggris. Starmer memperingatkan bahwa kebijakan ini menjadi “tantangan besar bagi masa depan kami.”
“Kami hanya akan mencapai kesepakatan jika itu demi kepentingan nasional,” ujar Starmer saat berkunjung ke pabrik Jaguar Land Rover di Solihull. Ia juga menekankan bahwa prioritas pemerintah adalah memperkuat posisi Inggris di luar negeri serta menjamin keamanan dan pembaruan di dalam negeri.
Pemerintah Inggris saat ini sedang bernegosiasi dengan pihak AS untuk mengurangi dampak tarif, termasuk melalui pembahasan terkait perubahan kebijakan pajak pada perusahaan teknologi besar sebagai bagian dari paket kesepakatan yang lebih luas.
Namun, Starmer menegaskan bahwa “tidak akan ada kesepakatan dagang dengan harga berapa pun,” dan kunjungannya ke pabrik otomotif tersebut disebut sebagai bentuk dukungan nyata terhadap industri nasional.
“Ini adalah masa yang penuh tantangan, tetapi kami datang ke sini karena kami akan mendukung Anda sepenuhnya,” kata Starmer di hadapan para pekerja pabrik, sambil menyoroti pentingnya sektor otomotif bagi perekonomian Inggris.
Di tengah meningkatnya kekhawatiran global terhadap resesi, pasar saham AS juga mengalami tekanan, dengan penurunan indeks sebesar 4,4 hingga 5 persen.
Sebagai langkah konkret mendukung industri otomotif, pemerintah Inggris mengumumkan pelonggaran target adopsi kendaraan listrik dan hibrida. Pemerintah juga menyiapkan investasi sebesar 2,3 miliar pound sterling (sekitar Rp49 triliun) untuk mempercepat transisi kendaraan ramah lingkungan dan memperluas infrastruktur pengisian daya di seluruh negeri. (*)