FAJAR.CO.ID, JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto mengakui adanya kekeliruan dalam pernyataan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, terkait insiden teror pengiriman kepala babi ke redaksi Tempo.
Pernyataan tersebut disampaikan Prabowo saat berdialog dengan tujuh pemimpin redaksi dan jurnalis senior di Hambalang, pada Minggu (6/4/2025) lalu.
Dalam keterangannya, Prabowo menyebut bahwa ucapan Hasan Nasbi adalah bentuk keteledoran dan tidak tepat. Ia menilai Hasan sudah menyadari kesalahan tersebut dan merasa menyesal.
“Tapi, bener itu ucapan yang menurut saya teledor, itu ya keliru. Ya, saya kira beliau menyesal,” ujar Prabowo, dikutip Rabu (9/4/2025).
Lebih lanjut, Prabowo mengakui bahwa komunikasi di lingkup pemerintahannya masih belum berjalan optimal.
Menurutnya, hal itu terjadi karena sejak awal menjabat, fokus pemerintah lebih tertuju pada pelaksanaan kerja nyata ketimbang membangun narasi komunikasi publik.
“Karena begitu kita dapat mandat, fokus saya, antusiasme saya, semangat saya, adalah bagaimana bisa dalam waktu yang sesingkat-singkatnya delivered. Orang lapar nggak bisa nunggu, anak-anak lapar nggak bisa nunggu, jadi fokus kita kerja,” ucapnya.
Prabowo juga menyoroti bahwa banyak pejabat di bawah kepemimpinannya adalah sosok-sosok baru dalam pemerintahan, termasuk Hasan Nasbi.
Ia menjelaskan bahwa latar belakang mereka yang berasal dari dunia perencana, akademisi, atau survei membuat mereka belum sepenuhnya terbiasa dengan ekspektasi komunikasi publik yang tinggi.
“Masalah salah ucap, tim saya kan orang-orang baru dalam pemerintahan, banyak orang baru di pemerintahan. Sebagian menteri-menteri yang senior ada yang dari kabinet lama, tapi banyak yang baru, jadi mungkin kurang waspada, kurang hati-hati dalam mengucap,” jelas Prabowo.
Sebelumnya, Hasan Nasbi memberikan komentar atas teror yang dialami jurnalis Tempo, Francisca Christy Rosana, yang dikirimi paket berisi kepala babi.
Dalam pernyataannya, Hasan menyebut kepala babi tersebut “dimasak saja”.
Ia menjelaskan bahwa komentarnya tersebut merujuk pada tanggapan satir dari Francisca di media sosial pribadinya.
Namun demikian, pernyataan itu menuai kecaman publik karena dianggap tidak sensitif terhadap situasi serius yang menyangkut ancaman terhadap kebebasan pers. (Wahyuni/Fajar)