China Balas Tarif Impor Amerika Serikat, Mengapa Indonesia Tak Lakukan Hal Serupa?

  • Bagikan
Ilustrasi posisi Indonesia di tengah perang dagang (Foto: Ahmad Azhar Azimy)

FAJAR.CO.ID,MAKASSAR — Perang dagang terus berlangsung. Setelah Amerika Serikat (AS) menetapkan tarif tambahan barang-barang impor.

Sejumlah negara melakukan negosiasi dengan AS setelah tarif itu diumumkan oleh Presiden Donald Trump. Namun China melakukan hal berbeda, mereka melawan.

Pada Kamis. 3 April 2025 Trump mengumumkan China mendapat tarif impor 35 persen.  Sementara Indonesia 32 persen.

Itu dibalas China dengan mengumumkan tarif 34 persen untuk barang yang masuk ke Negara Tirai Bambu. Tak tinggal diam, AS pada 9 April 2025 mengumumkan kenaikan tarif 104 persen untuk China.

Perang dagang dua negara itu tak berhenti di situ. China membalasnya dengan menaikkan tarif impor untuk barang AS sebesar 84 persen, yang berlaku hari ini, Kamis 10 April 2025.

Lalu, hanya China berani melawan AS? Sementara Indonesia tidak. Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar), Arief R Pabettingi menilai itu bukan tanpa alasan.

“China wajar, karena dia bersaing dengan Amerika secara langsung dari kekuatan ekonomi dan militernya,” kata Arief kepada fajar.co.id, Kamis (10/4/2025).

Arief mengatakan China saat ini punya kedaulatan ekonomi besar.  Apalagi, merupakan salah satu negara dengan penduduk terbesar di dunia.

“Satu, dia punya kekuatan ekonomi yang besar. Sudah mau melampaui Amerika Serikat. Kedua, dia punya penduduk banyak dunia. Secara tidak langsung, itu merupakan market yang besar,” ujarnya.

Karena kekuatan itu,  China tak ingin diatur. Sementara Indonesia, menurutnya tidak bisa melakukan hal itu.

“China sekarang sudah kuat. Indonesia jangan seperti itu,” imbuhnya.

Ketimbang mengikuti cara China merespons tarif impor AS. Ia menyarankan pemerintah melakukan hal seperti yang dilakukan Vietnam, yang menawarkan nol persen biaya impor untuk AS.

“Bahkan sampai 0 persen Vietnam untuk barang Amerika masuk ke Vietnam. Dengan seperti ini, pemerintah (Indonesia) juga tidak boleh menunggu,” terangnya.

Ia menjelaskan,  Trump adalah orang yang tak mau didikte. Karenanya, pemerintah Indonesia mesti cari cara untuk negosiasi.

“Donald Trump itu kan orangnya arogan, dia tidak mau didikte, diatur. Makanya jalan satu-satunya kita harus memperlihatkan semacam diikuti dulu kemauan dia. Karena kita tidak mungkinlah gunakan kekuatan kotor, kekuatan power untuk lawan Amerika. Jadi kita harus cari sosok celahnya bagaimana Amerika dimasuki,” jelasnya.

“Memang cara termudah menanggapi kebijakan Donald Trump ini bernegosiasi. Kita tahu negosiasi itu memburu waktu. Kesempatannya. Jangan sampai kalah langkah negara tetangga,” tambahnya.

(Arya/Fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan