FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Ketua Umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Anas Urbaningrum, memberikan tanggapan tegas terkait rencana Presiden Prabowo Subianto untuk mengevakuasi warga Gaza ke Indonesia.
Ia menegaskan bahwa misi kemanusiaan dan perdamaian tidak boleh dilepaskan dari konteks perjuangan kemerdekaan Palestina.
“Misi kemanusiaan dan perdamaian tetap tidak boleh terlepas dari konteks kemerdekaan Palestina,” ujar Anas di X @anasurbaninggrum (8/4/2025).
Dikatakan Anas, rencana evakuasi warga Gaza harus dikritisi agar tidak justru menjadi bentuk pembenaran terhadap aksi-aksi kejam yang dilakukan Israel.
Ia mengingatkan agar pemerintah tidak terjebak dalam narasi yang bisa menjustifikasi pengusiran rakyat Palestina dari tanah mereka sendiri.
“Juga menjadi koreksi terhadap kekejaman dan kebiadaban Israel yang ugal-ugalan. Bukan dengan cara melegalisir aksi pengusiran rakyat Palestina dari Gaza,” tegasnya.
Anas menilai, jika evakuasi tersebut dilakukan dengan dalih menyelamatkan warga, tanpa kejelasan soal hak untuk kembali, maka hal itu bisa menjadi dalih baru untuk aksi biadab Israel yang selama ini menindas Palestina.
“Jika pengusiran tersebut diberi sampul aksi kemanusiaan, dipindah dengan alasan keselamatan hidupnya, bisa menjadi justifikasi aksi-aksi biadab Israel yang anti kemanusiaan kepada bangsa Palestina yang berlangsung selama ini,” lanjutnya.
Namun, Anas membuka ruang jika evakuasi dilakukan untuk membantu warga Gaza yang benar-benar membutuhkan, seperti anak-anak, ibu-ibu, atau korban serangan yang membutuhkan perlindungan sementara.
Tapi, ia menekankan bahwa mereka harus segera dikembalikan setelah situasi membaik.
“Tetapi jika konteksnya untuk membantu warga Gaza yang sakit, anak-anak kecil, ibu-ibu korban serangan Israel misalnya, dan untuk sementara waktu dan segera dikembalikan lagi ketika kondisi sudah normal lagi, tentu hal ini bisa dilakukan,” jelasnya.
Ia menutup pernyataannya dengan menyerukan agar pemerintah Indonesia memastikan langkah ini tidak menjadi alat pembenaran pengusiran warga Palestina, seraya menegaskan sikap solidaritasnya terhadap kemerdekaan Palestina.
“Sekali lagi, tidak boleh menjadi bahan justifikasi dan tambah dalil aksi pengusiran rakyat Palestina dari Gaza. Pemerintah Indonesia musti memastikan hal tersebut terlebih dahulu. Free Palestine!," kuncinya.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto, menyampaikan rencananya untuk mengevakuasi warga Gaza ke Tanah Air.
Dalam tahap awal, pemerintah menyiapkan skema pemindahan sekitar 1.000 orang, dengan prioritas bagi mereka yang mengalami luka-luka, trauma berat, serta anak-anak yang kehilangan orang tua.
Pernyataan tersebut disampaikan Prabowo jelang lawatannya ke lima negara di kawasan Timur Tengah, yakni Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, Turki, Qatar, dan Yordania.
"Kami siap akan kirim pesawat-pesawat untuk angkut mereka. Kami perkirakan jumlahnya 1.000 untuk gelombang pertama," kata Prabowo dalam pernyataan yang disiarkan melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Prabowo menjelaskan bahwa kunjungannya ke negara-negara tersebut bertujuan untuk melakukan konsultasi langsung dengan para pemimpin setempat.
Ia mengaku banyak menerima panggilan dan kunjungan dari berbagai pihak yang menanyakan kesiapan Indonesia dalam membantu rakyat Gaza.
Dalam penjelasannya, Prabowo menekankan bahwa pelaksanaan rencana tersebut akan dilakukan hanya jika semua pihak terkait memberikan persetujuan.
Prabowo menegaskan bahwa para pengungsi tersebut hanya akan tinggal sementara di Indonesia.
"Syaratnya adalah semua pihak harus menyetujui hal ini. Kedua, mereka di sini hanya sementara sampai pulih kembali, dan pada saat pulih dan sehat kembali, kondisi Gaza sudah memungkinkan, mereka harus kembali ke daerah mereka berasal. Saya kira itu sikap Pemerintah Indonesia," tegasnya.
Menurut Presiden, inisiatif ini juga merupakan bentuk tindak lanjut atas dorongan dari komunitas internasional yang mengharapkan Indonesia berperan lebih besar dalam krisis kemanusiaan tersebut.
Sebagai negara nonblok sekaligus rumah bagi populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia dianggap memiliki posisi strategis untuk terlibat dalam misi kemanusiaan ini.
(Muhsin/fajar)