Waspada Jebakan Negosiasi Tarif Trump, AS Tekan Indonesia Cegah Ekspor Produk China

  • Bagikan
Yanuar Rizky

FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pengamat ekonomi dan periset isu internasional, Yanuar Rizky memperingatkan perlunya mewaspadai negosiasi tarif yang diterapkan Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Negosiasi tarif impor dapat menjadi jebakan untuk menekan hubungan kerja sama Pemerintah Indonesia maupun swasta dengan China.

Yanuar Rizky mengingatkan potensi jebakan tersebut dalam podcast atau siniar yang dipandu mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bambang Widjojanto dalam program Obrolan Waras, baru-baru ini.

Bambang membuka topik obrolan dengan menyebut bahwa isu Tarif Impor merupakan permainan Donald Trump. Jika permainan tersebut tidak dibaca secara tajam, bisa masuk dalam jebakan seolah-olah sekadar membangun negosiasi dagang saja dengan Amerika Serikat.

Menurut Bambang, isu tarif Trump ini bukan sekadar negosiasi tarif resiprokal saja. 

“Artinya, kalau lu kirim tim diplomasi tetapi dia tidak memahami ide dasarnya, maka akan terjadi masalah," kata Bambang Widjojanto, dilansir dari kanal YouTube pribadinya, Jumat, (11/4/2025).

Dia mencontohkan negara Vietnam yang sudah merespon kebijakan tarif Trump dengan membuat kebijakan tarif nol persen. Namun ternyata, Trump tidak hanya menginginkan perubahan tarif saja, tetapi juga terkait kebijakan luar negeri non tarif. 

Sebagai narasumber yang memiliki bekal riset luar negeri, Yanuar Rizky meluruskan beberapa hal terkait Tarif Trump dan peran presiden Amerika Serikat di dalamnya.

"Makanya menurut saya, kenapa Amerika juga membiarkan Trump menang (Pilpres AS), karena nyari orang yang agak gila itu kan juga nggak gampang," Jelas Yanuar Rizky.

Yanuar Rizky kemudian menyatakan bahwa Trump bisa saja dengan menargetkan negara-negara lain dengan berlaku seperti preman dunia, yakni bayar dulu baru bertindak seperti debt collector.

“Vietnam sudah datang ke Gedung Putih. Kemudian di-tweet oleh Trump. (Seolah-olah ingin menunjukkan ke dunia) lihat akibat saya melakukan ini," ujar Yanuar Rizky.

Lebih lanjut, Yanuar memberikan pandangan bahwa Trump telah mempersiapkan banyak hal sebelum memutuskan perang dagang.

"Trump tuh melakukan seperti dia maju ke meja duluan nih. Dalam pertarungan dengan China, dia mau adu siapa yang lebih banyak ikut ke China atau ke Amerika Serikat,” lanjutnya.

Buktinya, sekarang lebih banyak negara yang ikut Amerika, misalnya Vietnam. Apabila negara-negara tersebut merapat menjadi aliansi ataupun sekutu Amerika Serikat, maka langkah taktis selanjutnya tidak lagi hanya negosiasi tarif tapi berlanjut ke negosiasi kerja sama non tarif. 

Yanuar menilai, kebijakan tarif Donald Trump tidak terlalu berdampak pada perdagangan atau ekspor Indonesia ke Amerika Serikat.

“Rasio perdagangan Indonesia ke Amerika berada di bawah,” katanya.

Namun, apabila Amerika Serikat menekan Indonesia melalui kebijakan tarif, maka bisa melakukan kanalisasi hubungan dagang dengan China.

“Trump berpikir Indonesia tidak punya industri tetapi banyak pedagangnya atau makelarnya. Kalau China tidak bisa ekspor langsung ke Amerika Serikat, China bisa ekspor melalui pedagang Indonesia atau negara lainnya,” urainya. 

(Besse Arma/Fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan