FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Sudah tidak diragukan, seniman Indonesia selalu memberikan yang terbaik dalam setiap karya.
Memperingati Hari Raden Ajeng Kartini tepatnya pada 21 April 2025, Sri Qadariatin sebagai sutradara memberikan rangkaian performa yang melibatkan para seniman ternama Tanah Air.
Pementasan bertajuk "Terbitlah Terang: Pembacaan Surat dan Gagasan Kartini" ini, dapat ditonton secara seksama di saluran YouTube milik Didik Setiawan.
Berdasarkan arahan dari Sri Qadariatin, para seniman multigenerasi membacakan, juga menghidupkan isi hati Kartini yang ditulis lebih dari seabad silam, namun tetap terasa begitu relevan hari ini.
Digelar dalam bentuk pementasan singkat yang dikemas dalam format pembacaan secara monolog, yang tentunya kaya akan makna.
- Surat-surat asli kartini
Dengan menggandeng para seniman ternama Indonesia, surat-surat asli yang dituliskan oleh R.A Kartini berhasil dihidupkan.
Para seniman yang terlibat di antaranya sebagai berikut: Christine Hakim, Ratna Riantiarno, Reza Rahadian, Marsha Timothy, Maudy Ayunda, Lutesha, Cinta Laura, Chelsea Islan, Happy Salma, dan Bagus Ade Putra.
- Kegundahan dan kebimbangan kartini
Surat-surat yang dibacakan ini diambil dari buku Panggil Aku Kartini Saja karya Pramoedya Ananta Toer, terbitan Lentera Dipantara 2006 dan buku Kartini: Kumpulan Surat-surat 1899-1904 karya Wardinam Djoyonegoro, Jilid 1, terbitan Pustaka Obor 2024.
Tulisan pertama Kartini ditujuan kepada sahabat penanya, Estelle (Stella) Zeehandelaar. Diketahui bahwa Stella merupakan seorang aktivis feminisme di Belanda.
Surat tersebut menjadi titik awal dari rangkaian korespondensi yang kemudian dikenal luas sebagai bentuk pemikiran awal perempuan Indonesia tentang emansipasi, pendidikan, dan keadilan sosial.
Kartini memperlihatkan kecerdasan dan kepekaan sosialnya, juga keberanian untuk menggugat struktur sosial yang timpang dan membungkam suara perempuan.
Surat kepada Stella adalah cermin dari pertemuan lintas budaya yang menghidupkan solidaritas, serta semangat zaman yang tak terbendung.
- Kegundahan dan Kebimbangan
Dibalik tirai perjuangan Kartini didorong oleh Tuan dan Nyonya Abendanon, pasangan yang menjadi pendukung
Dengan adanya sosok yang mendukung keberanian Kartini, sehingga kegundahan dan kebimbangannya tersampaikan dengan jujur dan mendalam melalui korespondensinya juga diskusi untuk menentukan yang terbaik
Dalam surat-surat yang ditulis Kartini, ia juga mengungkapkan kerinduannya akan kebebasan, hasratnya untuk belajar, dan harapannya terhadap masa depan perempuan di tanah airnya.
- Panggil aku kartini
'Panggil Aku Kartini' merupakan kalimat yang menjadi nyawa utama dari pertunjukan ini, membuka ruang perenungan atas isi-isi surat yang penuh keberanian, cintah kesedihan, amarah, dan harapan.
Pembacaan dilakukan dengan pendekatan yang beragam untuk menghidupkan kembali isi hati dan pikiran Raden Ajeng Kartini lewat surat-suratnya yang abadi.
Dibuka dengan prolog Ratna Riantiarno untuk mengantarkan pementasan pembacaan Surat-surat Kartini dan gagasannya dengan melibatkan peristiwa penyusunan surat-surat Kartini secara historis.
Selanjutnya, aksi peran Christine Hakim dan Marsha Timothy, menyuarakan gagasan Kartini tentang pentingnya kesadaran akan kemajuan pendidikan.
Chelsea Islan, Cinta Laura, Luthesa, dan Bagus Ade Saputra, mengangkat pemikiran Kartini mengenai norma dan nilai sosial yang dibentuk oleh bias gender, serta fragmen tentang kebebasan dan harga diri perempuan.
Sementara itu, Reza Rahadian dan Maudy Ayunda menghadirkan kritik Kartini terhadap kebijakan pemerintah yang berdampak pada perekonomian rakyat dan isu lingkungan.
Kemudian Epilog pementasan “Terbitlah Terang” ditutup oleh narasi Happy Salma dengan begitu reflektif dan kontemporer.
Melalui pementasan ini, Kartini bukan sekadar tokoh perempuan penuh sejarah, namun ia hadir sebagai suara yang relevan dan menyala untuk menjawab tantangan zaman sekarang.
- Jejak perempuan indonesia penggerak perubahan
Pameran SUNTING merupakan penghormatan atas peran perempuan Indonesia dalam sejarah, dengan Sunting sebagai simbol kekuatan, martabat, dan perubahan sosial.
Dari penerbitan Sunting Melayu oleh Rohana Kudus hingga perjuangan R.A. Kartini, perempuan telah aktif menyuarakan kesetaraan dan membentuk arah bangsa melalui berbagai bidang.
Pameran ini mengajak refleksi atas kontribusi perempuan dalam membangun peradaban serta mendorong partisipasi kita dalam perjuangan menuju masa depan yang lebih setara. Pameran ini akan berlangsung pada 22 April - 31 Juli 2025 di Museum Nasional Indonesia
- Dari Sutradara
Sri Qadariatin selaku sutradara "Terbitlah Terang: Pembacaan Surat dan Gagasan Kartini" menyampaikan isi dari pementasan yang dirancang berdasarkan inspirasi tokoh emansipasi perempuan (R.A. Kartini).
“Pementasan ini tidak sekadar menjadi bentuk penghormatan terhadap R.A. Kartini sebagai tokoh emansipasi perempuan, tetapi juga sebagai ruang reflektif bagi publik untuk menelusuri pemikiran dan keberanian perempuan dalam melampaui batas-batas sosial dan budaya zamannya," ujar Sri Qadariatin.
Sri juga menambahkan, bahwa pembacaan surat-surat ini akan melibatkan emosional penonton, sehingga mereka dituntun untuk menyelami dimensi personal.
"Melalui pembacaan surat-surat Kartini, penonton diajak menyelami dimensi personal seorang perempuan yang visioner, yang menulis bukan hanya sebagai bentuk ekspresi diri, tetapi juga sebagai upaya membangun kesadaran kolektif," sambungnya.
Sebagai penutup, Sri Qadariatin dengan kesadaran penuh menyebut, bahwa Kartini yelah meninggalkan warisan narasi yang harus dicermati dan dijadikan patokan pergerakan dalam status perempuan merdeka.
"Kartini tidak hanya meninggalkan warisan narasi, tetapi juga semangat untuk berpikir merdeka, merasa utuh, dan bersuara jujur,” tutupnya.
(Besse Arma/Fajar)