Usai Santap Makanan Bergizi Gratis, Ayam Suwir Basi Diduga Penyebab Siswa Keracunan Makanan di Cianjur

  • Bagikan
Puluhah siswa MAN I Cianjur, Jawa Barat, mendapat perawatan di RSUD Sayang Cianjur, setelah mengeluhkan pusing, mual dan muntah setelah menyantap Makan Bergizi Gratis, Senin, 21/4/2025.ANTARA/Ahmad Fikri (Ahmad Fikri)

FAJAR.CO.ID — Makanan yang disuguhkan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) menyebabkan 78 siswa keracunan di SMP PGRI 1 dan MAN 1 Cianjur. Ayam suwir yang telah basi pada menu Makan Bergizi Gratis (MBG) diduga menjadi penyebab siswa mengalami keracunan makanan.

Pemkab Cianjur pun menetapkan Kejadian Luar Biasa atau KLB akibat kasus keracunan massal di daerahnya. Selain keracunan makanan yang dialami 23 siswa SMP PGRI 1 dan 55 siswa MAN I Cianjur, sebanyak 98 warga Kecamatan Mande juga mengalami kondisi serupa

Kepala Dinkes Cianjur Yusman Faisal mengungkapkan, warga Kecamatan Mande mengalami keracunan massal usai menyantap makanan yang dihidangkan dalam acara hajatan salah seorang warga pada Senin, 21 April 2025. Insiden siswa keracunan makanan di sekolah juga pada hari yang sama.

Ayam Suwir Basi Berbau Tak Sedap

Insiden keracunan makanan yang dialami siswa di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Cianjur diduga akibat ayam suwir yang sudah basi saat diberikan kepada siswa. Bau tidak sedap sudah tercium pada ayam suwir yang menjadi lauk program Makan Bergizi Gratis.

Adanya bau tak sedap pada hidangan Makan Bergizi Gratis diungkapkan oleh salah seorang siswa yang mengalami keracunan makanan bernama M Raihan (16 tahun). Dia mengaku sempat mencium bau tidak sedap dari daging ayam suwir yang menjadi salah satu menu dalam paket MBG yang dihidangkan.

"Satu kelas 36 orang mendapat jatah MBG pada siang hari, saya sempat mencium bau tidak sedap dari ayam suwir yang menjadi lauk, selang beberapa jam setelah menyantap makanan tersebut, saya merasa pusing, mual dan muntah," kata Raihan yang mendapatkan perawatan di rumahnya.

Usai menyantap makanan program Makan Bergizi Gratis, para siswa mengeluh pusing, mual, dan muntah. Siswa yang mengalami keracunan makanan dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk mendapatkan perawatan.

Kepala Sekolah MAN I Cianjur, Erma Sopiah mengatakan, sebanyak 800 siswa menyantap hidangan MBG pada pukul 12.00 WIB. Namun, pada sore hari, beberapa siswa mengalami keracunan dengan gejala pusing, mual, dan muntah, hingga menjalani perawatan di sekolah.

Akan tetapi, jumlah siswa yang mengalami keracunan makanan terus bertambah, sehingga dilarikan ke rumah sakit.

Polisi Periksa Dapur MBG

Setelah adanya insiden siswa keracunan makanan dari menu Makan Bergizi Gratis (MBG), Kepolisian Resor Cianjur memeriksa 10 orang. Polisi juga mendatangi dan memeriksa dapur MBG yang memproduksi masakan di Kecamatan Cianjur untuk mengambil sampel makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan.

"Kami sudah meminta klarifikasi dan keterangan dari 10 orang mulai dari penanggung jawab CV, Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kecamatan Cianjur, Ahli Gizi SPPG, tiga orang staf, tim pengemas, dan dua orang kurir pengantar makanan," kata Kasat Reskrim Polres Cianjur Ajun Komisaris Tono Listianto di Cianjur, Rabu, (23/4/2025).

Pihak kepolisian juga berkoordinasi dengan berbagai pihak mulai dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur dan Labkesda Provinsi Jawa Barat untuk pemeriksaan cepat sampel makanan yang telah disita dan diduga penyebab keracunan massal siswa di Cianjur.

"Kami tunggu hasil pemeriksaan laboratorium keluar guna memastikan penyebab keracunan. Kami segera informasikan kembali kalau sudah ada hasil pemeriksaan," katanya.

Kepala BGN Kunjungi Siswa

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana mengunjungi para siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur, Jawa Barat, yang dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara akibat keracunan makanan usai menyantap hidangan MBG.

"Kami akan memperketat sistem pengawasan dan pelatihan terhadap seluruh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Tujuan kami bukan sekadar menyikapi kasus, tetapi membangun sistem pangan sekolah yang kuat, aman, dan berkelanjutan," ujarnya.

Menurunya, BGN masih menunggu hasil laboratorium dari sampel makanan yang dikirimkan ke Labkesda Provinsi Jawa Barat untuk mengetahui penyebab pasti gangguan kesehatan tersebut. Hasil analisis dijadwalkan keluar dalam waktu 7–10 hari. (*)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan