Roy Suryo Ungkap Kejanggalan Teknis Skripsi Jokowi: Cetakan Digital hingga Tanda Tangan Pembimbing

  • Bagikan
Roy Suryo ketawa ketiwi (Tangkapan layar Twitter @muannas-alaidid)--

FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Pakar telematika sekaligus mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo, kembali mengungkapkan sejumlah kejanggalan yang menurutnya terdapat dalam skripsi milik Presiden RI ke-7, Joko Widodo.

Dalam sebuah talkshow bertajuk Indonesia Lawyers Club (ILC) yang dipandu Karni Ilyas, Roy secara gamblang memaparkan temuannya, termasuk potret asli skripsi yang ia ambil langsung dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Roy Suryo mengaku memperoleh salinan fisik skripsi tersebut dan mendokumentasikannya menggunakan kamera beresolusi tinggi.

Dari hasil pemindaian tersebut, ia menunjukkan adanya beberapa keanehan mencolok yang menurutnya tak lazim untuk skripsi yang diklaim dibuat pada tahun 1985.

“Jadi ini skripsi aslinya, ini bukan dari sosmed, ini saya pegang sendiri, saya scan sendiri dengan menggunakan kamera beresolusi tinggi,” ungkap Roy sembari menampilkan gambar skripsi di layar besar, dikutip YouTube Indonesia Lawyers Club, Jumat (25/4/2025).

Salah satu kejanggalan paling mencolok menurut Roy terletak pada teknik pencetakannya. Ia menilai beberapa halaman skripsi tersebut memperlihatkan ciri khas printer digital modern seperti inkjet atau laserjet, teknologi yang baru tersedia setelah tahun 1990-an.

“Kita bayangkan sekarang ini tahun 1985 atau tahun 80-an, belum ada yang namanya mesin cetak mesin, ya (printer) laser juga waktu itu belum ada,” jelas Roy.

Ia menyebut pada masa itu, percetakan masih dilakukan secara manual menggunakan teknik litografi yang menyusun huruf satu per satu.

Lebih lanjut, Roy juga menyoroti bagian tanda tangan dosen pembimbing dalam skripsi tersebut, yakni Prof. Dr. Ir. Ahmad Soemitro. Ia menyebut, ada ketidaksesuaian antara nama dan tanda tangan yang tercantum dengan identitas asli dosen tersebut.

“Dan yang lebih menarik lagi ini kesalahan kesalahan mulai muncul di sini, nama guru besar doktor teknik Ahmad Soemitro yang di sana bahkan sudah dikoreksi oleh putrinya sendiri,” ungkap Roy.

“Putrinya sekarang ada di Australia dia langsung bilang, 'itu bukan nama ayah saya, nama ayah saya guru besar doktor teknik Ahmad Sumitro pak',” tambahnya.

Tak hanya pada nama, Roy juga menyoroti bentuk tanda tangan yang ia anggap janggal.

“Begitu bandingkan akan langsung bisa lihat tanda tangan asli ini dengan profesor Ahmad Sumitro ada tekanan yang berbeda, tarikannya lain. Ini tanda tangan seperti seseorang yang baru belajar membuat tanda tangan, ragu-ragu,” jelasnya.

Roy menambahkan bahwa skripsi tersebut juga tidak mencantumkan tanggal pengesahan serta tidak memuat lembar ujian yang lazim berisi tanda tangan tim penguji. Hal-hal tersebut, menurutnya, menambah daftar keraguan terhadap keaslian dokumen akademik Jokowi.

Lebih jauh lagi, Roy menyebut bahwa pernyataan Jokowi tentang siapa dosen pembimbingnya juga tidak sesuai dengan dokumen skripsi.

“Bukti rekaman itu ada berkali-kali Jokowi mengatakan Pembimbing saya Pak Kaspujo, ada dua kali dia menyebutkan tahun 2017 dan tahun baru-baru ini, ‘saya dibimbing oleh Pak Kasmojo’. Tapi nama Kasmojo tidak ada di sini,” ucapnya.

Roy pun menyimpulkan bahwa rangkaian kejanggalan ini seharusnya bisa diuji secara ilmiah untuk memastikan keabsahan dokumen tersebut.

“Kalau ini benar skripsi asli dari tahun 1985, tidak mungkin dicetak dengan teknik dan kerapihan seperti ini. Ini teknologi cetaknya terlalu maju untuk zamannya,” pungkas Roy Suryo.
(Wahyuni/Fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan