FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Setiap tanggal 29 April, dunia memperingati Hari Tari Internasional sebagai bentuk penghormatan terhadap keindahan dan nilai mendalam dari seni tari.
Di Indonesia, momen ini menjadi waktu istimewa untuk merayakan kekayaan budaya bangsa melalui berbagai jenis tarian tradisional yang memiliki nilai sejarah tinggi.
Hari Tari Internasional pertama kali diprakarsai oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) untuk mengenang Jean-Georges Noverre, tokoh penting yang mereformasi dunia balet modern.
Bagi Indonesia, yang dikenal dengan ribuan pulaunya dan ratusan ragam budayanya, peringatan ini menjadi kesempatan untuk mengapresiasi seni tari sebagai identitas bangsa. Dari barat hingga timur Nusantara, tarian tradisional mencerminkan keberagaman budaya sekaligus memperkokoh persatuan.
Berikut ini beberapa tarian tradisional Indonesia yang dikenal luas dan menggambarkan kekayaan budaya tanah air:
- Tari Saman dari Aceh
Tari Saman merupakan ikon budaya Aceh yang mendunia. Biasanya dibawakan oleh sekelompok penari laki-laki yang duduk berbaris rapat, tarian ini terkenal dengan gerakan tangan, badan, dan kepala yang cepat serta harmonis. Menariknya, Tari Saman tidak menggunakan alat musik, melainkan irama suara dari para penari itu sendiri. Selain indah secara visual, tarian ini sarat akan nilai religius, dengan syair yang berisi pesan moral dan ajaran Islam. Pada tahun 2011, UNESCO mengakui Tari Saman sebagai Warisan Budaya Takbenda yang membutuhkan perlindungan mendesak. - Tari Kecak dari Bali
Membahas kekayaan tari Indonesia tak lengkap tanpa menyebut Tari Kecak dari Bali. Tarian ini unik karena mengandalkan suara "cak-cak-cak" dari puluhan pria yang duduk membentuk lingkaran, tanpa iringan alat musik. Tari Kecak menggambarkan kisah epik Ramayana, khususnya pertempuran antara Rama dan Rahwana. Dengan atmosfer magis yang diciptakan melalui nyanyian berirama dan gerakan dinamis, pertunjukan ini menjadi daya tarik utama wisatawan di Bali. - Tari Jaipong dari Jawa Barat
Tari Jaipong lahir dari perpaduan seni pencak silat, ketuk tilu, dan budaya Sunda lainnya. Berkembang pesat pada tahun 1970-an berkat kreasi Gugum Gumbira, tarian ini dikenal dengan gerakannya yang enerjik, ekspresif, dan penuh semangat. Biasanya dibawakan oleh penari perempuan yang mengenakan kostum cerah dan menampilkan gerakan pinggul yang lincah. Jaipong tak hanya populer di Jawa Barat, tetapi juga kerap tampil dalam acara nasional dan internasional. - Tari Reog dari Ponorogo, Jawa Timur
Tari Reog membawa unsur magis kuat dalam setiap pertunjukannya. Ciri khas utama tarian ini adalah topeng besar berbentuk kepala singa dengan hiasan bulu merak yang bisa mencapai berat hingga 50 kilogram, dan dibawa hanya menggunakan kekuatan rahang penari utama. Cerita dalam Reog umumnya menggambarkan pertarungan antara kebaikan dan kejahatan, dipadukan dengan musik tradisional dan atraksi akrobatik yang memukau. - Tari Cendrawasih dari Papua
Dari ujung timur Indonesia, Tari Cendrawasih menggambarkan keindahan burung Cendrawasih, satwa khas Papua. Gerakannya meniru perilaku burung saat menarik pasangan, seperti mengepakkan sayap dan bergerak lincah. Dengan kostum berwarna cerah dan hiasan bulu, para penari membawakan tarian ini dengan gerakan anggun dan penuh ekspresi kegembiraan, menjadi simbol kekayaan budaya dan alam Papua. - Tari Enggang dari Kalimantan Timur
Tari Enggang terinspirasi dari burung Enggang (Rangkong), burung keramat dalam budaya Dayak. Gerakan tari ini meniru gerak-gerik burung Enggang yang dipercaya sebagai lambang kesucian dan kebangsawanan. Para penari mengenakan kostum berbulu indah dan menari dengan gerakan lembut menyerupai burung yang terbang di angkasa.
Hari Tari Internasional menjadi pengingat bahwa seni tari tidak hanya soal keindahan gerak, tetapi juga sarana untuk merayakan identitas, sejarah, dan kebanggaan budaya bangsa.
(Wahyuni/Fajar)