"Kami sangat kagum Indonesia bisa tiga kali panen. Di Jepang, hanya beberapa daerah yang mampu dua kali panen,” ujar Menteri Eto Taku.
Dalam pertemuan tersebut, kedua menteri membahas berbagai langkah strategis untuk memperkuat kerja sama di sektor pertanian, khususnya dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global.
Fokus utama kerja sama meliputi pengembangan varietas padi tahan kekeringan dan salinitas (kadar garam) seperti Biosalin, serta varietas padi gogo untuk lahan kering.
“Indonesia dan Jepang akan mendorong pengembangan teknologi mekanisasi dan sistem smart farming untuk meningkatkan produktivitas pertanian,“ jelas Mentan Amran.
Selain itu, dari sisi perdagangan Indonesia membuka diri untuk memfasilitasi akses produk susu Jepang yang memenuhi standar kualitas dan keamanan pangan nasional, serta mendukung peningkatan gizi masyarakat. Sementara, Indonesia menawarkan peningkatan ekspor Crude Palm Oil (CPO) ke Jepang.
“Untuk itu akan dilakukan pembahasan dan pengkajian teknis lebih lanjut untuk meyelaraskan potensi kerjasama dan kelancaran arus perdagangan dengan Dirjen terkait kami,“ kata Mentan Amran.
Menteri Eto Taku menambahkan bahwa Jepang saat ini juga tengah mengembangkan varietas tanaman baru melalui badan riset publik maupun pemerintah, yang tahan terhadap iklim panas, angin kencang, hingga badai, dengan potensi hasil produksi 30 persen lebih tinggi.
Ia berharap pengalaman dan inovasi dari kedua negara dapat saling melengkapi untuk memperkuat ketahanan pangan di kawasan.