Apa Itu Popcorn Brain? Bagaimana Strategi Mengatasinya?

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID,GOWA — Ingin tahu apa popcorn brain dan strategi mengatasinya? Itu yang ingin dijawab Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia (APPI) Sulawesi.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut coba dijawab APPI Sulawesi melalui Webinar Nasional Digelar hybrid dan dipusatkan di Gedung PPG UIN Alauddin Makassar, Gowa dan Zoom.

“Total partisipasi tercatat sebanyak 730 peserta, terdiri atas 350 peserta luring dan 380 peserta daring,“ kata Ketua Panitia Dedi Nasruddin di sela acara tersebut, Sabtu (3/5/2025).

Webinar itu, kata dia bagian dari rangkaian pelantikan Pengurus Baru APPI Wilayah Sulawesi. Bakal dinakhodai Eka Damayanti, S.Psi., M.A.

Dedi menjelaskan, popcorn brain adalah kondisi otak semacam popcorn. Terjadi ketika informasi yang didapatkan melalui teknologi cepat dan banyak.

“Jadi, bagaimana otak, merespons informasi terbanyak atau cepat. Jadi kesiapannya otak apa dia siap menerima informasi,” ujar Dedi.

Ia memberi contoh, saat siswa dulunya diberi tugas sekolah dari guru, maka harus dibaca dulu dari halaman berapa dan sebagainya. Karena belum ada perkembangan teknologi seperti saat ini.

“Jadi ada waktu otak untuk beradaptasi. Nah sekarang, anak-anak itu baru dikasi tugas hari ini, langsung bisa dijawab karena sudah ada smartphone yang bisa digunakan. Mulai Chat GPT, Gemini Dan lain sebagainya,” jelasnya.

“Jadi kita mau melihat bagaimana kesiapan otak menerima informasi secepat itu,” tambah Dedi.

Kondisi popcorn brain, kata Dedi, tidak banyak disadari. Kebanyakan terlena dengan perkembangan teknologi informasi.

“Banyak orang yang tidak sadar, apa dampaknya ketika menerima informasi cepat. Ada yang menganggap enak, tapi belum tentu otak bisa menerima kondisi secepat itu. Jadi itu yang kita ulik dari sisi psikologis seperti apa, dan klinisnya seperti apa,” terangnya.

Ketua APPI Sulawesi, Eka Damayanti mengatakan seminar itu berasal dari semangat APPI Sulawesi mewujudkan kesejahteraan psikologis masyarakat Sulawesi. Melalui layanan yang adaptif, inovatif, dan berbasis pada kearifan lokal.

“Karena penggunaan digital semakin besar, fenomena popcorn brain tidak bisa dihindari. Sudah mulai tampak masyarakat mengalami penurunan kemampuan fokus, meningkatnya kecemasan, gangguan tidur, bahkan depresi,” ujar Eka.

Karenanya, pihaknya mengaku. masyarakat perlu dibekali informasi untuk ancaman serius terhadap ketahanan kognitifnya.

“Oleh karena itu mengangkat tema “Popcorn Brain dan Strategi Mengatasinya: Membangun Ketahanan Kognitif di Era Digital” dalam diskusi akademik dan praktis menjadi sangat relevan sesuai kebutuhan,” imbuhnya.

Seminar itu, menghadirkan tiga pembicara, di antaranya Ketua APPI Pusat Dr. Weny Safitry S. Pandia, M.Si., Muhammad Nur Akbar, S.T., M.T., dan Andi Tri Supratno Musrah, S.Psi., M.Sc., Ph.D.

Kemudian Keynote Speaker, Arif Jamali Muis, M.Pd., selaku Staf Khusus Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah bidang Penguatan Pembelajaran dan Sekolah Unggul.

Weny mengatakan, pada dasarnya anak perlu dipersiapkan dengan baik. Agar bijak menggunakan teknologi yang ada.

“Dampak popcorn brain dapat dihindari dengan pengasuhan dan pendampingan belajar yang tepat,” terangnya.

Strategi yang bisa dilakukan, yakni dengan pembatasan anak berinteraksi dengan teknologi.

“Pembatasan dan aturan penggunaan gawai, penguatan literasi digital, pengembangan kemampuan berpikir kritis,” ucapnya.

“Serta pembelajaran yang dirancang agar mendukung penguasaan teknologi akan membuat anak siap menjadi warga masyarakat digital, serta terhindar dari dampak negatif digital,” tambah Weny.
(Arya/Fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan