Adapun sumber penyebab terbesar kematian yang didominasi oleh penyakit diare, yakni 32% kematian anak usia 1 bulan-1 tahun, dan 25% kematian anak usia 1-4 tahun.
Adapun yang terjadi saat sanitasi buruk, yakni penyakit menyebar (1) diare, kolera, cacingan, tifus. (2) Anak-anak tumbuh kerdil-stunting. (3) Perempuan kehilangan akses toilet aman. (4) Air tanah tercemar limbah tinja. (5) Warga hidup di lingkungan rawan.
Kisah nyata, dr. Ignaz Semmelweis pada tahun 1847, ia mengamati dokter yang tak cuci tangan habis otopsi kemudian dilanjut bantu persalinan, tragisnya banyak ibu meninggal.
Dengan melakukan tindakan dasar dan pola hidup bersih, Ia wajibkan cuci tangan pakai antiseptik, hasilnya sebagaimana yang diinginkan: angka kematian menurun drastis.
Tapi waktu itu, dunia gak percaya. Baru setelah ia wafat, dunia sadar: cuci tangan bisa menyelamatkan nyawa.
Sanitasi juga berdampak ke pendidikan. Anak perempuan putus sekolah karena tak ada toilet aman.
Anak kecil sering sakit, absen sekolah, dampaknya tertinggal pelajaran. Guru dan murid enggan datang kalau sekolah jorok
Sanitasi bukan sekadar fisik. Ini tentang masa depan generasi.
Dengan adanya solusi yang ditawarkan, dan memberikan langkah awal dari sebuah sanitasi.
- Akses toilet bersih untuk semua
- Edukasi cuci tangan & kebersihan pribadi
- Pengelolaan limbah rumah tangga
- Air bersih yang aman & berkelanjutan
- Libatkan komunitas, sekolah, dan pemerintah
Sebagai generasi muda, banyak cara yang dapat dilakukan melalui hal-hal kecil untuk menyelamatkan sekitar.
Diantaranya: edukasi orang sekitar, dukung pembangunan sanitasi di sekolah desa, jaga kebersihan lingkungan sendiri, dorong kebijakan publik soal sanitasi.
Sementara dampak buruk sanitasi yang dikeluarkan oleh UNDP menunjukkan 4 penyebab terbesar.