Prof Zubairi Djoerban: HIV Bukan Penghalang untuk Hidup Sehat dan Menjadi Ibu yang Baik

  • Bagikan

FAJAR.CO.ID, JAKARTA - Dokter senior dan pakar penyakit dalam, Prof. Zubairi Djoerban, menyampaikan pesan penting bagi para penyintas HIV, khususnya perempuan. Lewat unggahan di akun media sosial X miliknya, @ProfesorZubairi, ia menekankan bahwa dengan pengobatan yang tepat, para penyintas HIV bisa hidup sehat, bekerja normal, bahkan menjadi ibu yang penuh kasih.

“Sebagai seorang dokter yang telah puluhan tahun menangani pasien HIV, saya seringkali mendengar kekhawatiran yang sama: ‘Bagaimana saya bisa tetap sehat, bekerja normal, dan menjadi ibu yang baik bagi anak-anak saya?’” tulis Zubairi, dikutip X @ProfesorZubairi Senin (12/5/2025).

Pertanyaan tersebut, menurutnya, datang dari seorang pasien perempuan yang telah menjalani terapi antiretroviral (ARV) selama setahun. Ia menegaskan bahwa kekhawatiran semacam itu sangat wajar, tetapi ada hal penting yang harus diketahui oleh masyarakat luas.

“Ketika seseorang dengan HIV menjalani pengobatan antiretroviral dengan teratur dan virusnya sudah tidak terdeteksi, maka kekebalan tubuhnya sebenarnya sudah pulih. Ini bukan sekadar penghiburan. Ini adalah fakta medis yang harus dipahami,” tegasnya.

Zubairi menjelaskan bahwa HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, dan tanpa pengobatan bisa membuka jalan bagi infeksi oportunistik, seperti bakteri kulit, jamur mulut, hingga parasit usus.

Namun, situasi itu berubah drastis ketika terapi ARV dijalani dengan disiplin dan viral load berada pada level tidak terdeteksi.

“Pada tahap ini, tidak ada gunanya lagi memeriksa CD4. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah menetapkan bahwa pemeriksaan CD4 tidak lagi diperlukan jika viral load tidak terdeteksi. Pemeriksaan CD4 hanya akan menambah kecemasan tanpa alasan,” jelasnya.

Ia menyoroti bahwa banyak pasien justru merasa stres ketika melihat angka CD4 yang sedikit menurun, padahal penurunan itu bisa disebabkan banyak faktor yang tidak berkaitan langsung dengan HIV.

Zubairi menyarankan agar pasien lebih fokus pada kondisi nyata kehidupan mereka daripada angka-angka laboratorium.

“Saya sering melihat pasien yang sehat, bekerja, dan hidup bahagia, tiba-tiba dirundung kecemasan hanya karena melihat angka CD4 yang sedikit turun… Jadi, alih-alih fokus pada angka di hasil laboratorium, fokuslah pada kehidupan nyata,” ujar dia.

Menurut Zubairi, bagi perempuan penyintas HIV, kesehatan bukan hanya tentang hasil tes, tetapi tentang bagaimana mereka menjalani kehidupan sehari-hari.

“Kesehatan adalah kemampuan untuk bangun pagi, mengantar anak ke sekolah, bekerja, dan pulang dengan senyum. Kesehatan adalah kemampuan untuk mendengarkan cerita anak-anak, bukan hanya menasihati. Kesehatan adalah kekuatan untuk memberikan cinta, meski terkadang harus berjuang melawan kecemasan sendiri,” ungkapnya.

“Ingat, HIV bukan penghalang untuk bermimpi, bekerja, atau menjadi ibu yang penuh kasih. Itu adalah bagian dari hidup, tapi bukan definisi dari siapa Anda sebenarnya”, pungkasnya.
(Wahyuni/Fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan