FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Badan Gizi Nasional (BGN) merespons kejadian ratusan pelajar di Bogor, Jawa Barat , yang mengalami keracunan, yang diduga akibat menu Makan Bergizi Gratis (MBG).
Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN, Tigor Pangaribuan, melalui keterangan di Jakarta pada Selasa, mengatakan timnya langsung mengambil langkah untuk mengetahui penyebab keracunan dengan melakukan uji laboratorium pada bahan makanan yang dimasak.
Selain itu, mereka juga memberikan teguran peringatan kepada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang bertanggung jawab dalam pengelolaan makanan tersebut.
"Jika terjadi seperti ini kami langsung ambil tindakan. Satu, cek sampel makanannya, benar enggak? Apakah ini valid atau tidak? Kalau memang benar dari makanannya, misalnya ada bahan seperti tongkol yang kurang baik, kami akan memberikan teguran keras kepada satuan pelayanan," kata Tigor.
Ia menegaskan bahwa BGN akan bertanggung jawab dalam penanganan medis dan pembiayaan pengobatan bagi para korban keracunan.
"Yang kedua, para korban akan diberikan asuransi untuk menanggung biaya pengobatan mereka. Kami bekerja sama dengan puskesmas untuk menanggung seluruh biaya pengobatan itu," tambahnya.
Tigor juga menyampaikan bahwa pihaknya akan memberikan pelatihan lebih lanjut kepada SPPG, khususnya bagi petugas yang menangani makanan, guna mencegah terjadinya keracunan serupa akibat MBG di masa depan.
"Selain itu, kami akan menghentikan pemasok bahan makanan tersebut jika ditemukan ketidaksegaran atau kejanggalan lainnya," ujar Tigor.
Menurutnya, BGN juga memeriksa sumber bahan makanan dari pemasok. Jika ditemukan masalah, pihaknya akan memberikan teguran kepada pemasok dan jika tidak ada perbaikan, akan menghentikan hubungan dengan pemasok tersebut.
Tigor menambahkan bahwa misi Presiden RI Prabowo Subianto adalah memastikan program MBG berjalan lancar tanpa ada kejadian keracunan. Ini juga menjadi harapan BGN.
"BGN sangat ingin program makan bergizi ini dapat berjalan tanpa kecelakaan atau kasus keracunan. Ini menjadi misi kami. Bayangkan, kami memiliki lebih dari 1.200 dapur MBG, sementara pengawas kami hanya tiga direktur dan sekitar dua puluhan pegawai. Tentu kami berharap jika ada kasus, kita bisa segera menelitinya," ucap Tigor Pangaribuan. (*/ant)