FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Isu mengenai indeks prestasi kumulatif (IPK) mantan Presiden Jokowi kembali mencuat setelah pernyataannya mendadak viral di X.
Dalam sebuah kesempatan, Jokowi menyebutkan bahwa dirinya semasa kuliah memiliki IPK di bawah dua.
Namun, pengamat IT, Josua M. Sinambela menegaskan bahwa pernyataan tersebut tidak perlu ditanggapi secara berlebihan.
"Kalau kelakar Jokowi soal IPK di bawah dua itu kan cuman candaan. Mosok itu aja dibahas serius," ujar Josua kepada fajar.co.id, Selasa (14/5/2025).
Menurutnya, semua data akademik ayah Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka itu dapat diverifikasi melalui pihak Fakultas Kehutanan UGM.
"Semua datanya ada di fakultas. Bisa dicek IPK tiap semester dan IPK transkrip akhirnya,” tambahnya.
Josua juga mengungkapkan bahwa berdasarkan penelusuran pihak-pihak yang pernah mengakses dokumen akademik tersebut, IPK Jokowi berada dalam kisaran wajar mahasiswa pada umumnya. “Rata-rata IP-nya di atas 2 sampai 3,” jelasnya.
Selain itu, Josua membenarkan bahwa dalam skripsi Jokowi, terdapat referensi penting dari salah satu akademisi UGM, Kasmudjo, yang juga dikenal sebagai Dosen Pembimbing Akademik (DPA) Jokowi.
“Di skripsi Pak Jokowi, banyak tulisan Pak Kasmudjo yang disadurnya, makanya ada direferensi skripsinya,” terang Josua.
Buku yang dimaksud adalah karya Kasmudjo tahun 1982 berjudul Pengantar Industri Kayu Lapis Indonesia, yang diterbitkan oleh Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Meski tidak menjadi dosen pembimbing utama skripsi secara administratif, Kasmudjo disebut tetap memberikan masukan dan bimbingan intelektual kepada Jokowi.
“Meskipun status Pak Kasmudjo hanya DPA, tetapi Jokowi banyak konsultasi dengan beliau saat skripsi,” kuncinya.
Sebelumnya, Pakar forensik digital, Rismon Sianipar, angkat bicara terkait pernyataan lama mantan Presiden Jokowi yang mengaku memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di bawah angka dua namun tetap bisa mencalonkan diri sebagai presiden.
"Jadi Capres tak perlu IPK 4, Jokowi (bilang) IPK saya kurang dari 2," kata Rismon di X @SianiparRismon, mengutip ucapan Jokowi yang sempat viral (12/5/2025).
Namun, menurut Rismon, secara akademik pernyataan itu perlu dikaji ulang.
Ia menilai tidak masuk akal jika Universitas Gadjah Mada (UGM), salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia, meluluskan mahasiswa dengan IPK serendah itu.
"Secara akademik, tak mungkin UGM meluluskan seorang mahasiswa dengan IPK kurang dari 2," tegasnya. (muhsin/fajar)