FAJAR.CO.ID, MEKAH -- Model pelayanan jemaah haji di tanah suci pada 2025 menjadi sorotan. Ada kekhawatiran atas banyaknya syarikah yang mengurus jemaah haji Indonesia.
Pasalnya, dengan banyaknya Syarikah itu, jemaah haji Indonesia sangat berpotensi berpisah dari rombongan karena berbeda syarikah. Kondisi inilah yang jadi sorotan
Ketua Komnas Haji, Mustolih Siradj.
Dia menyoroti persoalan pisah rombongan haji 2025. Menurut dia, Kementerian Agama (Kemenag) terlalu menyederhanakan persoalan jemaah yang terpisah rombongan, dengan menganggap pisah rombongan tidak akan menurunkan kualitas pelayanan haji.
"Saya sayangkan statement yang cenderung menyederhanakan masalah itu," kata Mustolih saat dihubungi Rabu (14/5).
Sorotan Mustolih ini terkait pernyataan yang disampaikan Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag, Muchlis Hanafi. Dalam rekaman yang beredar di kanal YouTube resmi Kemenag, Muchlis mengatakan pisah rombongan itu tidak berdampak pada pelayanan haji.
Mustolih meragukan fenomena pisah rombongan itu tidak mempengaruhi kualitas layanan. Mustolih mencontohkan ada pasangan pendamping lansia yang pisah rombongan.
Tentu dalam menjalankan keseharian di Makkah, si lansia tidak mendapatkan pendampingan secara intensif. Karena si pendamping berbeda rombongan.
Contoh berikutnya ada jemaah yang terpisah dari kepala regu atau kepala rombongan. Kondisi ini akan berdampak pada kualitas bimbingan ibadah. Pasalnya sejak masa manasik, jemaah sudah diarahkan untuk mengikuti instruksi atau bimbingan dari ketua regu maupun ketua rombongan.