Lukisan Populer Muncul di MV Jin BTS, Mari Mengenal Sosok Raden Saleh Syarif Bustaman Pelukis Tanah Air

  • Bagikan
Lukisan Raden Saleh Syarif Bustaman (ist)

FAJAR.CO.ID, JAKARTA-- Anggota Boy Grup BTS, Kim Seok-jin kembali menjadi sorotan usai merilis musik video (MV) terbaru .

Lagu terbaru yang berjudul Don't Say You Love Me, yang dirilis penyanyi asal Korea Selatan itu, mematik perhatian dunia, terutama di Indonesia.

Salah satu yang menjadi sorotan yakni sebuah lukisan sebagai properti pelengkap dan terpampang jelas di MV, anggota tertua BTS itu.

Siapa sangka, ternyata lukisan yang ada di MV tersebut milik pelukis ternama Tanah Air, yakni Raden Saleh Syarif Bustaman.

Salah satu adegan di MV Jin, merekam dengan jelas lukisan yang diberi nama Boschbrand atau Forest Fire.

Diketahui Jin memilih lokasi syuting untuk lagu terbarunya di National Gallery Singapore, tempat lukisan Raden Saleh terpajang.

Mengenal sosok Raden Saleh, dan perjalanan kariernya sebagai seniman populer Indonesia saat itu (Hindia-Belanda).

  1. Profil Raden Saleh

Raden Saleh Syarif Bustaman atau lebih dikenal dengan nama Raden Saleh merupakan sosok yang terlahir dari keluarga bangsawan

Ayahnya, Sayid Hoesen bin Alwi bin Awal, merupakan seorang keturunan Arab. Adapun darah Jawa ningrat Raden Saleh berasal dari sang ibu, Mas Adjeng Sarip Hoesen, asal Semarang.

Raden Saleh lahir di Terboyo, Semarang. Informasi simpang siur beredar terkait kapan Raden Saleh lahir. Namun, melihat riwayat hidup selanjutnya, sejarawan cenderung menyepakati 1811 sebagai tahun lahir Raden Saleh.

Raden Saleh merupakan salah satu pelukis maestro Indonesia yang diakui sebagai pelukis kelas dunia dengan aliran romantisme.

Karya-karya lukisnya merupakan saksi sejarah, banyak menceritakan tentang situasi pada zaman perjuangan dan kehidupan khususnya Jawa.

  1. Bakat Melukis

Sejak usia 10 tahun, Raden Saleh telah dititipkan kepada pamannya yang saat itu merupakan seorang Bupati Semarang.

Bakatnya dalam menggambar mulai menonjol saat bersekolah di sekolah rakyat atau volks-school.

Selain memiliki kepekaan terhadap seni yang tinggi, Raden Saleh juga dikenal sebagai sosok yang ramah dan mudah bergaul.

Karena sifatnya yang hangat dan supel itulah, Raden Saleh tidak menemui kesulitan untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan orang Belanda maupun lembaga-lembaga elit orang Belanda.

Memiliki sifat mudah bergaul, Prof Caspar Reinwardt, yang merupakan pendiri Kebun Raya Bogor sekaligus Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan memberikan kesempatan Raden Saleh mendapatkan ikatan dinas bekerja di departemennya.

Melihat bakat yang dimiliki Raden Saleh di usia sekitaran dua belas atau lima belas tahun, membuat Payen tertarik untuk memberikan bimbingan kepadanya.

Atas kekaguman terhadap bakat yang dimiliki Raden Saleh yang dinilai Payen semakin matang, ia kemudian mengusulkan agar anak bimbingannya tersebut mendapatkan pendidikan yang lebih baik di Belanda.

Usulan ini kemudian mendapatkan dukungan dari Gubernur GAG Ph van der Capellen (1819-1826), setelah Gubernur Jenderal Hindia Belanda itu melihat karya Raden Saleh.

  1. Melukis dan Mengemban Misi

keberangkatannya juga mengemban misi lain yang tertulis dalam sebuah surat dari pejabat tinggi Belanda untuk Departemen van Kolonieen.

Dalam surat tersebut, Raden Saleh ditugaskan untuk mengajari Inspektur Keuangan Belanda de Linge tentang adat istiadat dan kebiasaan orang Jawa, Bahasa Jawa, dan Bahasa Melayu.

Dua tahun pertama di Belanda digunakan oleh Raden Saleh untuk belajar bahasa Belanda.

Ia dibimbing oleh Cornelis Kruseman dan Schelfhout. Dalam seni lukis potret, ia belajar dari Cornelis Krueseman sedangkan seni lukis tema pemandangan dari Andries Schelfhout.

  1. Kembali Ke Tanah Air

Pada tahun 1851, Raden Saleh mengakhiri petualangannya di Eropa dan kembali ke Batavia.

Ia kemudian menikah dengan Raden Ayu Danudiredjo setelah mengakhiri pernikahannya dengan istri pertama yang berkebangsaan Belanda.

Pada Minggu 25 April 1880, Raden Saleh meninggal dunia. Menurut hasil pemeriksaan dokter, ia meninggal dunia akibat thrombosis atau pembekuan darah. Ia dimakamkan di TPU Bondongan, Bogor, Jawa Barat.

  1. Kisah Dibalik Karya Raden Saleh

Dalam karyanya, Raden Saleh banyak menggambarkan romantisme yang berkembang di Eropa pada awal abad ke-19 Masehi.

Melalui karyanya ia menyindir nafsu manusia yang terus mengusik makhluk lain, seperti kebiasaan berburu hewan.

Di samping itu, Raden Saleh juga mengusungkan gagasan tentang kemerdekaan dan kebebasan, kemerdekaan, serta menentang penindasan dalam karya-karyanya. Salah satunya terwujud dalam lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro pada tahun 1857.

Pada tahun 1883 di Amsterdam, diselenggarakan pameran dunia yang bernama Exposition Universelle Coloniale at d'Exportation General.

Dalam pameran ini terdapat Bangunan Kolonial khusus, di mana dipamerkan berbagai barang dan produk daerah-daerah jajahan Belanda.

Di situ tergantung pula sembilan belas lukisan karya Raden Saleh, yang sebagian milik Raja Willem III.

Lukisan Raden Saleh yang dikagumi berupa lukisan-lukisan yang menggambarkan perburuan banteng, pergulatan singa, dan lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro, demikian dikutip dari buku Di Negeri Penjajah oleh Harry A Poeze.

  1. Penghargaan

Berkat karya-karyanya, Raden Saleh juga banyak dianugerahi penghargaan, baik oleh Belanda maupun Indonesia.

Dari pihak Belanda di antaranya seperti:

-Bintang Ridder der Order van Eikenkoon (REK)

-Commandeur met de ster der Frans Joseph Orde (CFJO)

-Ridder der Koonorde van Pruisen (RKP)

-Ridder van de Witte Valk

Sedangkan dari penghargaan dari Pemerintahan Indonesia :

-Pada tahun 1969 lewat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan secara anumerta berupa Piagam Anugrah Seni sebagai Perintis Seni Lukis di Indonesia.

-Pada akhir tahun 1967 PTT mengeluarkan prangko seri Raden Saleh dengan reproduksi dua lukisannya bergambar binatang buas yang sedang berkelahi.

  1. Karya-karya Populer Mendunia

Salah satu lukisan Raden Saleh, Banteng Hunt atau Wild Bull Hunt pernah terjual seharga Rp150 miliar.

Sementara, lukisan View of the Megamendung pernah dilelang dengan harga Rp41 miliar.

Ada beberapa lukisannya yang terkenal dan mendunia mulai dari Pemandangan Merbabu dan Merapi, Pemandangan Talagabodas, Antara Hidup dan Mati, Penangkapan Pangeran Diponegoro, Pemburuan Rusa hingga Perburuan Singa.

(Besse Arma/Fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan