Sindir Jokowi, Lukman Simanjuntak: Pantas Negara Babak Belur, Ijazah Saja Tak Beres

  • Bagikan
Presiden ketujuh Joko Widodo. (Salman Toyibi/ Jawa Pos)

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Pegiat media sosial Lukman Simanjuntak kembali melontarkan kritik pedas terhadap mantan Presiden Jokowi.

Kali ini terkait polemik dugaan ijazah palsu yang selama bertahun-tahun tak kunjung mereda.

Lukman menyoroti respons Jokowi yang menurutnya berlebihan dalam menyikapi tuduhan tersebut.

“Pantesan dari 2014 sampai dengan 2024 Konoha babak belur di bawah pemerintahan dia,” ujar Lukman di X @hipohan (22/5/2025).

Ia menyebut bahwa alih-alih menyelesaikan isu dugaan ijazah palsu secara sederhana dan terbuka, justru langkah-langkah yang diambil terkesan rumit dan tidak transparan.

"Lah buat menyelesaikan tuduhan ijazah palsu saja, ruwet gak karu-karuan,” lanjutnya.

Tidak berhenti di situ, Lukman juga mengkritik pendekatan yang digunakan untuk merespons tudingan itu, yang menurutnya melibatkan kekuatan non-akademik.

“Pakai preman, buzzer, team pengacara, rekan-rekan seangkatan dan bolak-balik ke kantor polisi, selama berbulan-bulan ketimbang tunjukkan yang asli,” tegasnya.

Sebelumnya, Politikus PDIP Ferdinand Hutahaean, merasa muak melihat drama yang dimainkan mantan Presiden Jokowi terkait polemik dugaan ijazah palsu.

Apalagi, usai menghadiri panggilan pemeriksaan Bareskrim Polri, Jokowi mengaku sedih atas sentilan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

"Jokowi ini sudah terlalu banyak main drama yah soal ijazah yang dituduhkan palsu. Dan beliau kan berpegang teguh bahwa ijazahnya asli," ujar Ferdinand kepada fajar.co.id, Rabu (21/5/2025).

Dikatakan Ferdinand, tidak semestinya Jokowi bersikap seperti korban ketika mendapatkan sentilan dari Megawati. Apalagi dia seorang mantan Presiden.

"Harusnya tidak perlu mewek yah, merasa sedih gimana gitu yah dengan sentilan ibu Mega," sesalnya.

"Harusnya nurani pak Jokowi itu berbicara demi kebaikan semua supaya kegaduhan ini berhenti," tambah dia.

Jika demikian, kata Ferdinand, maka perdebatan yang terjadi, begitupun dengan pemerintah hingga aparat penegak hukum bisa mengurus pekerjaan yang jauh lebih penting.

"Supaya keterbelahan masyarakat karena masalah ini selesai, pemerintah negara, aparat hukum, tidak sibuk dengan urusan ijazah ini. Masih banyak perkara rakyat lainnya yang harus diurus Polisi," imbuhnya.

Ferdinand bilang, jika saja Jokowi jauh sebelum hari ini berani menunjukkan ijazahnya di depan publik, maka persoalan telah selesai.

"Apa susahnya sih Jokowi sejak dulu mendeklarasikan tentang ijazah, ditunjukkan secara terbuka ke publik, kan urusan selesai," tukasnya.

"Tapi sekarang itu semua seperti sulit. Karena rakyat sudah terlanjur tidak percaya kepada Jokowi. Dan banyak kejanggalan," sambung dia.

Blak-blakan, Ferdinand mengaku tidak percaya jika Jokowi betul-betul merasa sedih usai disentil Megawati.

"Apa yang dilakukan pak Jokowi, mewek, berkata sedih, saya tidak percaya. Karena waktu Jokowi mengatakan sebetulnya saya sedih, wajahnya tampak senyum dan sumringah kok," terangnya.

Kembali lagi, Ferdinand menekankan bahwa ayah dari Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka, itu hanya memainkan sebuah drama demi kepentingannya.

"Jadi saya pikir itu hanya sebuah drama yang dimainkan pak Jokowi supaya seolah-olah terkesan dizalimi dengan luar biasa untuk menarik simpati publik," tandasnya.

Ferdinand merasa kecewa, sebab Jokowi yang sebenarnya merupakan 'produk' PDIP sebelum pada akhirnya berkhianat, tidak menampilkan sikap negarawan.

"Saya kecewa sekali melihat pak Jokowi tidak mau bersikap negarawan, tidak melindungi rakyat, justru berhasrat memenjarakan rakyatnya, ini luar biasa bagi saya," kuncinya.

(Muhsin/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan