Ia mengingatkan pentingnya kebijakan yang didasarkan pada riset, bukan sekadar insting atau keberuntungan.
“Yang terbaik adalah membuat kebijakan didasarkan kepada riset, penelitian yang teruji, maka kita tidak ada untung-untungan. Inilah gunanya lembaga akademik,” jelas Tito.
Visi besar lainnya: mendorong lulusan IPDN untuk menempuh pendidikan tinggi di luar negeri. Beasiswa seperti LPDP akan dimanfaatkan guna membentuk birokrat berwawasan global dan bermental reformis.
“Ingin mengirimkan sebanyak-banyaknya lulusan IPDN untuk ke luar negeri melalui program LPDP. Tujuan saya adalah, saya melihat bahwa kalau kita ingin melakukan revolusi mental atau perubahan budaya di Indonesia, maka harus ada agent of change,” ungkap Tito.
Ia mencontohkan keberhasilan Singapura dan Cina dalam membentuk SDM unggul. Singapura mengirim pelajarnya melalui beasiswa President’s Scholarship, sementara Cina sejak dini memetakan bibit unggul untuk dikirim ke negara-negara maju.
“Begitu gelombang ini kembali ribuan ke Cina terjadi perubahan yang luar biasa, sekaligus dengan kualitas pendidikan mereka. Mereka menjadi motor untuk perubahan revolusi mental sekaligus juga perubahan revolusi dengan teknologi. Kita lihat sekarang teknologi di China luar biasa,” pungkasnya. (*/ant)