“Dia ini titipan Allah, dan sekarang setelah 19 tahun saya jaga. Dia ini adalah bentuk tanggung jawab saya ke Allah. Sekarang saya harus apa, Allah?” lanjut sang Ibu.
Melina juga mengenang perjuangannya membesarkan Argo tanpa sosok ayah selama 11 tahun. Dalam kesempatan lain saat menyampaikan ucapan terima kasih melalui Zoom dalam acara doa bersama civitas FH UGM, ia mengungkapkan kebanggaannya terhadap Argo.
“Benar semua bahwa anak pertama saya ini sebelas tahun hidup tanpa figur ayah. Dan sayalah ibunya yang mendidik hingga saat ini,” kata Melina di hadapan ribuan mahasiswa FH UGM yang berkumpul untuk mengenang Argo.
Ia menyebut Argo sebagai anak yang luar biasa dan penuh kasih.
“Saya bersaksi sebagai ibunya, bahwa Argo adalah anak yang baik, anak yang hebat, dan anak yang memiliki kasih tinggi. Dia semangat, terutama dalam kuliah,” ungkapnya.
“Saya tahu dia orang yang pendiam dan irit bicara, tapi dia mengharumkan dunianya dengan semua kebaikan kepada orang sekitarnya, bahkan banyak orang,” lanjutnya.
Meskipun berusaha mengikhlaskan, Melina menegaskan bahwa keadilan atas kematian anaknya harus tetap ditegakkan. Ia mengajak semua pihak untuk tidak diam.
“Mari kita sama-sama lakukan yang terbaik untuk anak semua. Kita ikhtiarkan maksimal, hasilnya kita serahkan kepada Allah. Apapun hasilnya, tetap kita berikhtiar. Kalau keadilan harus dijalankan, maka kita jalankan,” tegasnya.
“Tolong bantu saya dan doakan anak saya. Doakan agar kasus ini dimudahkan dan dilancarkan yang terbaik. Tunggu saya, saya harus perjuangkan. Keadilan harus ditegakkan,” tutup Melina.
(Wahyuni/Fajar)