FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Lonjakan kasus COVID-19 kembali terjadi di sejumlah negara Asia seiring dengan munculnya berbagai subvarian baru dari garis keturunan Omicron.
Hal ini disampaikan oleh Dokter senior dan pakar penyakit dalam, Prof. Zubairi Djoerban, melalui akun X pribadinya @ProfesorZubairi.
Dalam unggahannya, Prof. Zubairi menyebutkan bahwa saat ini bukan hanya satu varian yang mendominasi, melainkan beberapa subvarian baru seperti XEC, LF.7, NB.1.8.1, hingga XFG, yang mulai menyebar di beberapa negara.
"Varian-varian ini memiliki daya tular tinggi dan berpotensi lolos dari kekebalan yang sudah terbentuk sebelumnya, baik dari vaksin maupun infeksi alamiah," tulisnya, dikutip X @ProfesorZubairi pada Rabu (28/5/2025).
Salah satu negara yang mengalami lonjakan signifikan adalah Thailand, dengan lebih dari 53 ribu kasus baru dalam sepekan. Bahkan, tercatat 19 kematian yang dikaitkan dengan subvarian XEC.
Di Singapura dan Hongkong, subvarian seperti LF.7 dan NB.1.8.1 turut menyebabkan peningkatan jumlah kasus mingguan secara signifikan. Sementara itu, India melaporkan adanya kombinasi subvarian baru seperti XFG dan LF.7, terutama di wilayah Gujarat.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan laporan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, tercatat 35 kasus COVID-19 dalam satu minggu terakhir. Namun, Prof. Zubairi mengingatkan agar angka tersebut dibaca secara kritis, mengingat tingkat testing dan pelacakan kasus sudah jauh menurun dibanding masa puncak pandemi.
“Banyak kasus dengan gejala ringan tidak tercatat. Bisa saja ada lebih banyak kasus di masyarakat yang tidak terdeteksi,” ujarnya.
Meski begitu, Prof. Zubairi menegaskan bahwa tidak perlu panik, karena secara umum tingkat keparahan kasus COVID-19 saat ini sudah lebih rendah dibanding masa awal pandemi. Hal ini disebabkan oleh tingkat kekebalan masyarakat yang relatif tinggi berkat vaksinasi dan infeksi sebelumnya.
Kendati demikian, kelompok rentan seperti lansia dan individu dengan penyakit penyerta (komorbid) tetap disarankan untuk berhati-hati.
“Bagi para lansia, ini saat yang tepat untuk kembali menerapkan pola hidup hati-hati. Jangan menunggu sakit dulu baru bertindak. Waspada tidak berarti takut, tapi bentuk perlindungan terhadap diri sendiri dan orang terdekat,” ujar Prof. Zubairi.
Sebagai langkah pencegahan, masyarakat diimbau untuk kembali menerapkan protokol kesehatan dasar yang telah dikenal sejak awal pandemi, antara lain:
• Menggunakan masker saat berada di kerumunan atau ruangan tertutup
• Mencuci tangan secara rutin setelah beraktivitas
• Memastikan ventilasi ruangan tetap baik
Prof. Zubairi juga menutup pesannya dengan imbauan agar masyarakat tidak lengah dan tetap saling menjaga, khususnya untuk melindungi mereka yang paling rentan terhadap risiko kesehatan.
(Wahyuni/Fajar)