Iman Zanatul Haeri Ungkit Kongres Sejarah Tahun 1957

  • Bagikan
Kepala Bidang Advokasi Guru P2G, Iman Zanatul Haeri.

FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Kepala Bidang Advokasi Guru P2G, Iman Zanatul Haeri menyebut adanya perbedaan antara kongres sejarah pertama dan perencanaan yang terjadi pada tahun 1957.

Menurutnya, tahun 1957 sudah menjadi kongres sejarah pertama di Indonesia, hal ini dituliskan di X miliknya @zanatul_91.

"Tahun 1957, Kongres sejarah Pertama di Indonesia. Sejarawan dikumpulkan, diperdebatkan, baru dibicarakan periode/ outline penulisannya. Ini kebalik," tulis Iman Zanatul dilansir X Kamis, (29/5/2025).

Dalam utas yang berkaitan, Iman menuliskan bahwa setiap tahun diadakan seminar nasional dan memperingatkan kongres sejarah 1957

"Setiap tahun diadakan Seminar Sejarah Nasional yang memperingati Kongres Sejarah 1957. Hasilnya jadi buku. Ini Tahun 2018, temanya pembelajaran sejarah," katanya.

Adapun yang diketahui bahwa tujuan diadakan Seminar Sejarah Nasional I Sebelum merdeka, Indonesia lebih dulu dijajah oleh beberapa bangsa Eropa serta Asia, seperti Belanda dan Jepang.

Jepang diketahui menduduki Indonesia sejak 1942 hingga Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 1945.

Berakhirnya pendudukan Jepang telah memberikan semangat baru dalam sejarah Indonesia.

Sebab, beberapa buku sejarah mulai ditulis dan diterbitkan. Akan tetapi, buku-buku tersebut masih dianggap belum memuaskan bagi kepentingan pendidikan kebangsaan.

Permasalahan penulisan buku sejarah ini telah menjadi bahan pemikiran tentang perlunya penulisan sejarah yang Indonesiasentris.

Untuk menindaklanjuti permasalahan ini, diselenggarakan Seminar Sejarah Nasional I pada 14-18 Desember 1957 di Yogyakarta.

Ada beberapa poin penting yang dibahas di dalam seminar ini, seperti filsafat sejarah nasional, periodisasi sejarah, dan pendidikan sejarah.

Seminar Sejarah Nasional I dihadiri oleh para pembicara dari berbagai latar belakang disiplin ilmu, termasuk dari luar bidang ilmu sejarah.

Sejarah Nasional I Hasil Seminar Sejarah Nasional I adalah historiografi Indonesia yang Indonesiasentris, di mana artinya penulisan sejarah harus berawal dan berakhir di Indonesia.

Maksud dari Indonesiasentris adalah bahwa sejarah Indonesia harus dipahami dari sisi dan orientasi pada masyarakat Indonesia sebagai keutuhan bangsa.

Sementara baru-baru ini dari sisi pemerintah, melalui kementerian kebudayaan tengah menyusun proyek penulisan ulang sejarah, yang ditargetkan selesai pada 18 Agustus 2025 tepat peringatan 80 tahun Indonesia.

Namun, sejumlah masyarakat sipil dan akademisi menyampaikan masukan mereka, dengan mengingatkan agar penulisan dilaksanakan secara terbuka.

Dengan alasan agar tidak meninggalkan kejadian-kejadian penting dalam sejarah bangsa.

Karena itu, perlu untuk memperhatikan beberapa hal dan hingga sekarang penulisan sejarah yang berlangsung menuai pro dan kontra.

Salah satunya datang dari Menko PMK Pratikno dilansir YouTube SINDInews. Menurutnya penting untuk memperbanyak asupan sata dalam penulisan sejarah yang sedang berlangsung.

"Kita harus memberikan asupan data dan algoritma, seperti isu keagamaan misalnya sejarah agama Hindu," kata Pratikno.

Begitupun dengan hal-hal yang berhubungan dengan sejarah, dan peluang-peluang untuk menjadikannya mendunia dan dikenal lebih jauh.

"Dalam bidang IAI, ada dua pilar yang belum tergarap secara global dan kita harus masuk yakni bidang kebudayaan dan keagamaan, karena ke-dua punya kontribusi untuk Indonesia," pungkasnya

(Besse Arma/Fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan