FAJAR.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah Indonesia mencetak tonggak sejarah baru dalam pengelolaan pangan nasional. Untuk pertama kalinya sejak berdirinya Perum Bulog pada 1969, stok cadangan beras pemerintah (CBP) berhasil menembus angka 4 juta ton.
Data real-time pada Kamis (29/5/2025) pukul 21.41 WIB menunjukkan bahwa serapan beras oleh Bulog telah mencapai 2.407.257 ton. Sementara itu, total stok nasional kini tercatat sebesar 4.001.059 ton.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan apresiasi atas pencapaian tersebut, serta mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam proses ini.
“Saya menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh petani Indonesia, Komisi IV DPR, TNI, Polri, kejaksaan, gubernur, bupati, kepala Dinas Pertanian, PIHC, Perum Bulog, para pengamat, akademisi, pelaku usaha penggilingan, penyuluh pertanian lapangan (PPL), dan para media,” ujar Mentan Amran dalam siaran resminya di Jakarta, Jumat (30/5/2025).
Ia menambahkan bahwa keberhasilan ini merupakan buah dari kerja keras semua elemen bangsa yang telah bergotong royong memperkuat fondasi kemandirian pangan.
“Semua pihak telah bekerja bahu-membahu hingga Indonesia mencapai cadangan beras terbesar dalam sejarah,” tambahnya.
Menurut Mentan, peran Presiden Prabowo Subianto juga sangat penting dalam mendorong kemajuan sektor pertanian. Kebijakan strategis yang dikeluarkan melalui instruksi presiden (Inpres) telah mempercepat penguatan produksi nasional dan memudahkan akses usaha tani bagi petani.
“Presiden Prabowo memberi perhatian luar biasa pada pertanian. Penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen Rp 6.500/kilogram dan penghapusan sistem rafaksi menjadi bukti nyata. Petani kini menikmati harga jual yang menguntungkan, bahkan di saat panen raya,” jelas Amran.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) turut mendukung optimisme ini. Produksi beras nasional dari Januari hingga Mei 2025 diperkirakan mencapai 16,55 juta ton—mengalami peningkatan tajam sebesar 11,95% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tak hanya produksi, serapan Bulog juga mencetak rekor. Hingga akhir Mei 2025, Bulog telah menyerap lebih dari 2,4 juta ton beras lokal, meningkat lebih dari 400% dibandingkan rerata serapan lima tahun terakhir di periode yang sama, yakni sekitar 1,2 juta ton.
“Ini menunjukkan produksi dalam negeri tidak hanya meningkat, tapi juga diserap secara masif langsung dari petani. Langkah ini efektif memperkuat cadangan nasional dan menjaga kestabilan harga di tingkat petani,” tutur Mentan Amran.
Ia menegaskan bahwa capaian 4 juta ton CBP tidak sekadar angka statistik, melainkan mencerminkan keberhasilan kebijakan yang berpihak pada petani.
“Dahulu saat panen raya, harga gabah kerap anjlok dan petani merugi. Kini, mayoritas petani bisa menjual harga gabah kering panen minimal Rp 6.500 per kilogram sesuai HPP, bahkan lebih. Ini hasil dari kebijakan yang berpihak pada petani,” ucapnya.
Mentan juga mengapresiasi strategi jemput bola yang diterapkan Bulog dalam menyerap hasil panen secara langsung dari petani.
“Langkah Bulog menjemput hasil panen langsung dari petani sangat efektif. Ini bukan hanya memperkuat cadangan beras pemerintah, tapi juga memberikan kepastian harga dan pasar bagi petani kita,” tandas Amran.
(Wahyuni/Fajar)