FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Arya Perdana, menyebut bahwa pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait bocah kelas enam SD berinisial MR (15), yang diduga menjadi korban pengeroyokan.
"Sudah kami proses apakah terkait dengan penganiayaan yang dilakukan oleh rekan-rekannya atau tidak," ujar Arya, Selasa (3/6/2025).
Dikatakan Arya, dugaan tersebut baru bisa dipastikan setelah hasil otopsi dari pihak dokter Rumah Sakit (RS) Bhayangkara.
"Kematian itu harus didasarkan hasil autopsi pihak kedokteran, kalau penyebab meninggalnya karena apa itu yang tahu dokter," sebutnya.
Sambil menunggu hasil otopsi, Arya mengatakan bahwa pihaknya juga akan melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi yang bisa menguatkan dugaan pengeroyokan.
"Orang tua, teman-teman SD-nya, gurunya itu akan nanti kita periksa. Tapi ini kan masih masa berduka belum bisa kita periksa, nanti kita periksa," Arya menuturkan.
Tambahnya, dari hasil pendalaman sementara yang dilakukan pihaknya, terduga pelaku diindikasikan berjumlah lebih dari dua orang.
"Yang diduga lebih dua orang, tapi ini masih penyelidikan. Belum ada barang bukti. Kita selidiki berdasarkan keterangan orang tua, di tubuhnya juga ada lebam-lebam, tapi nanti tunggu hasil pemeriksaan dokter apakah itu yang menyebabkan kematiannya," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, Ketua Tim Reaksi Cepat (TRC) UPTD PPA Kota Makassar, Makmur, mengatakan bahwa meskipun pihak rumah sakit menyatakan MR mengidap tipes dan demam berdarah, pihaknya tetap memberikan perhatian serius.
“Kami dari UPTD PPA hanya memantau, karena kasus ini kami masih memberikan kepercayaan kepada pihak kepolisian untuk mengusut tuntas ini kasus seperti apa nantinya,” ujar Makmur, Senin (2/5/2025).
Makmur menjelaskan, lembaga yang telah menyiapkan dukungan psikologis bagi keluarga korban.
"Tapi kami dari UPTD PPA menyiapkan pendampingan untuk mereka terkait dengan kejadian ini. Pertama untuk konseling keluarga dalam menghadapi masalah ini,” lanjutnya.
UPTD PPA juga bakal berkoordinasi dengan Dinas Sosial untuk membantu kebutuhan dasar keluarga MR yang diketahui kurang mampu.
“Ternyata, keluarga ini memang kurang mampu, ini bentuk perhatian pemerintah kota Makassar dari pihak korban,” jelasnya.
Ditemukan pula bahwa beberapa anak dalam keluarga ini masih belum mengenyam pendidikan.
“Selanjutnya, bagaimana anak-anak ini ternyata masih ada yang tidak sekolah, jadi anak-anak ini nanti kita koordinasi nanti,” sebutnya.
Makmur memastikan UPTD PPA akan turut mendampingi keluarga agar anak-anak lainnya bisa kembali bersekolah.
“Salah satu contoh yang meninggal ini, ini kelas 6, dan umurnya 15 tahun. Jadi pihak keluarga nanti kita akan masuk sekolah dengan pendampingan UPTD PPA Kota Makassar,” Makmur menuturkan.
Ia juga menyampaikan kritik tajam terhadap Dinas Pendidikan Kota Makassar yang dinilai kurang melibatkan pihak berkompeten dalam upaya pencegahan kekerasan anak.
“Sebenarnya ini memang salah satu tugas kami untuk memberi edukasi ke sekolah-sekolah, tapi kan kejadian yang terjadi di depan sekolah adalah salah satu kejadian yang kita tidak harapkan terjadi,” ucap Makmur.
Makmur pun menekankan pentingnya kolaborasi dalam edukasi.
"Tetapi ini pentingnya dinas Pendidikan melibatkan UPTD PPA ketika melakukan edukasi di sekolah-sekolah,” katanya.
“Harapan saya, ketika dinas Pendidikan melakukan edukasi, jangan hanya mengambil orang yang tidak paham bagaimana kekerasan itu sebenarnya yang terjadi," sambung dia.
Makmur bilang, pihaknya akan mendorong Wali Kota Makassar untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja Dinas Pendidikan.
“Ini pemantauan saya selama ini, dinas Pendidikan lebih banyak melibatkan orang-orang yang tidak paham tentang kekerasan perempuan dan anak,” tambahnya.
“Ini seharusnya dinas Pendidikan bekerja sama dengan UPTD PPA, melibatkan untuk edukasi ke semua sekolah tentang edukasi pencegahan kekerasan perempuan dan anak,” kuncinya. (Muhsin/fajar)