Orang dengan Kecerdasan Emosional Tinggi Tidak Akan Ucapkan 7 Kalimat Ini kepada Orang yang Dihargai

  • Bagikan
Ilustrasi orang dengan kecerdasan emosional tinggi (Freepik)

FAJAR.CO.ID -- Orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi memiliki kemampuan memilih kata atau diksi yang akan diucapkan dengan bijak. Kemampuan ini menjadi salah satu ciri kuat seseorang dengan kecerdasan emosional tinggi dalam menjaga hubungan interpersonal.

Seperti diketahui, kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi diri sendiri serta orang lain.

Nah, orang dengan kecerdasan emosional tinggi memiliki kemampuan mengelola setiap kata yang akan diucapkan kepada orang lain. Mereka cenderung akan menghindari beberapa kalimat untuk diucapkan kepada seseorang yang dihormati agar hubungan interpersonal tetap sehat dan saling menghormati.

Berikut ini 7 kalimat yang tidak diucapkan orang dengan kecerdasan emosional tinggi kepada orang yang dihargai dilansir dari laman Smallbusinessbonfire, Kamis (5/6):

  1. Menghindari Frasa Menyalahkan

Orang dengan kecerdasan emosional tinggi menghindari untuk mengucapkan kalimat seperti "kamu bereaksi berlebihan". Hal itu karena dapat mengabaikan perasaan seseorang secara langsung. Setiap reaksi emosional memiliki latar belakang yang berbeda pada tiap individu.

Seseorang yang cerdas secara emosional memilih untuk mendengarkan tanpa menghakimi. Pendekatan ini menciptakan rasa aman dalam komunikasi.

  1. Menjauhi Kalimat Menegur Masa Lalu

Penggunaan kata yang menyinggung masa lalu tidak mencerminkan orang dengan kecerdasan emosional tinggi.
Mengucapkan "sudah kubilang" tidak memberikan ruang untuk belajar, tetapi malah menekan.

Frasa "sudah kubilang" dapat mengesankan superioritas dan mempermalukan pihak lain.

Individu yang cerdas secara emosional memilih merespons dengan dukungan, bukan penilaian. Hal ini menumbuhkan kepercayaan dan penerimaan.

  1. Tidak Mengecilkan Perasaan Orang Lain

Jangan pernah melontarkan kalimat "itu bukan masalah besar" kepada seseroang, apalagi seseorang yang dihargai. Sebab, frasa ini terkesan meremehkan pengalaman pribadi seseorang. Penggunaan frasa ini mengurangi nilai dari apa yang sedang dirasakan oleh lawan bicara.

Orang dengan kecerdasan emosional tinggi justru mengakui emosi tersebut sebagai hal penting. Validasi perasaan menjadi cara membangun keintiman emosional.

  1. Menghindari Perbandingan Antar Individu

Ucapan seperti "mengapa tidak bisa seperti…" mengarah pada penolakan terhadap keunikan seseorang. Setiap individu memiliki kelebihan dan kelemahan yang tak dapat disamakan.

Mereka yang memiliki kecerdasan emosional menghargai perbedaan dan menumbuhkan potensi personal. Penerimaan adalah kunci dalam membangun hubungan yang kuat.

  1. Menolak Penggunaan Kata-Kata Absolut

Frasa “kamu selalu” atau “kamu tidak pernah” bersifat menuduh dan merusak komunikasi. Generalisasi seperti ini kerap memicu pertahanan diri dan konflik.

Orang cerdas secara emosional memilih mendeskripsikan kejadian secara spesifik, bukan menyamaratakan. Cara ini mendukung komunikasi yang lebih jernih dan produktif.

  1. Tidak Memutus Percakapan secara Sepihak

Kalimat “lupakan saja” memberi kesan menolak melanjutkan komunikasi secara terbuka. Ungkapan ini menghentikan proses pemulihan emosional yang sedang berlangsung.

Orang dengan kecerdasan emosional memberikan ruang dan waktu untuk perasaan diproses. Mereka menempatkan empati di atas urgensi menyelesaikan masalah secara cepat.

  1. Menolak Sikap Defensif Tanpa Evaluasi Diri

Ucapan “itulah diriku” mengisyaratkan penolakan terhadap perubahan atau pertumbuhan diri. Kalimat tersebut sering dijadikan alasan untuk menghindari tanggung jawab.

Individu cerdas emosional mengenali kekurangan dan menjadikannya sebagai peluang untuk berkembang. Perubahan dipandang sebagai proses yang berkelanjutan, bukan beban.

Menjaga hubungan emosional yang sehat dimulai dari kesadaran memilih kata yang tidak menyinggung dan memberi ruang untuk empati. (*)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan