FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Aktris dan aktivis Cinta Laura kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap isu lingkungan. Kali ini, ia dengan tegas menolak keberadaan tambang nikel di kawasan Raja Ampat, Papua, yang menurutnya tidak mencerminkan kemajuan seperti yang diklaim banyak pihak.
Lewat unggahan video di akun Instagram pribadinya @claurakiehl, Cinta menyampaikan kritik tajam terhadap eksploitasi alam Papua atas nama pembangunan.
“Semua demi nikel untuk menggerakan mobil listrik. Katanya ini kemajuan, tapi kemajuan untuk siapa?” ujarnya, dikutip @claurakiehl pada Rabu (11/6/2025).
Dalam pernyataannya, Cinta menilai bahwa persoalan ini lebih dalam daripada sekadar kegagalan regulasi. Ia menilai apa yang terjadi di Raja Ampat adalah persoalan kemanusiaan.
“Ini bukan sekadar kegagalan kebijakan, it’s failure of conscience, kegagalan hati nurani,” tegasnya.
Cinta juga mengungkapkan kepeduliannya terhadap masyarakat Papua yang menjadi korban langsung dari aktivitas tambang. Ia mengajak publik untuk membayangkan kondisi mereka yang terdampak secara nyata.
“Coba tanya ke mama-mama yang di Papua sekarang kesulitan cari air bersih untuk mandiin anaknya, coba tanya nelayan yang pulang dengan jaring kosong dan nggak bisa kasih makan keluarganya,” ucap Cinta.
Ia menilai masyarakat Papua justru telah mengajarkan nilai-nilai penting tentang hubungan manusia dan alam.
“Mereka hidup dengan satu kebenaran yang sekarang kita lupain, bahwa tanah sama laut itu bukan barang dagangan buat dieksploitasi, tapi saudara yang harus dijaga,” tuturnya.
Lebih lanjut, Cinta menyoroti bagaimana keserakahan para pemangku kepentingan telah merusak alam dan menyengsarakan rakyat.
“Saat izin ditandatangani dan dividen dicairkan, aku penasaran apakah orang-orang serakah ini masih ingat dengan wajah-wajah manusia yang dikorbankan dan ditinggalkan dengan tempat tinggal yang hancur dan tanah yang diracuni?” katanya.
Ia menyindir keras pemufakatan para elit yang menurutnya menutupi kerakusan dengan retorika dan kemasan patriotisme.
“Dan dari sana keserakahan tumbuh pelan-pelan, sembunyi di balik rapat-rapat ber-AC, dibungkus jargon patriotisme. Apa yang awalnya cuma kompromi kecil soal etika, lama-lama jadi hal biasa,” ungkapnya.
Cinta juga menggambarkan betapa timpangnya kehidupan antara rakyat dan elit penguasa.
“Bahwa segelintir orang memilih kekayaan di atas nasib jutaan rakyat. Bahwa saat kalian berjuang beli beras dan bayar uang sekolah, mereka malah jual masa depan negeri ini demi mobil mewah, vila di luar negeri, dan rekening dengan uang berlimpah,” tambahnya.
Tidak hanya kerusakan lingkungan, Cinta menyoroti dampak kesehatan yang kini mulai dirasakan masyarakat Papua akibat tambang nikel.
“Kerusakan ini bukan cuma soal hilangnya budaya, yang terjadi sekarang juga fatal terhadap kesehatan warga Papua,” ujarnya prihatin.
Ia menyebutkan bahwa beberapa desa di sekitar area tambang mulai melaporkan munculnya penyakit kulit dan gangguan pernapasan akibat polusi.
Menutup pesannya, Cinta Laura mengingatkan bahwa perjuangan menyelamatkan Raja Ampat bukan sekadar soal satu wilayah, tapi bentuk perlawanan terhadap kerakusan.
“Raja Ampat bukan sekadar pulau, ini peringatan. Kalau kita diam aja, apalagi yang kelompok serakah ini bakal rebut?” katanya.
(Wahyuni/Fajar)