Bukan hanya dokter dan perawatnya saja yang bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia. Menurut Tantowi, mesin-mesin yang digunakan untuk medical check up seperti CT Scan dan lainnya sudah dilengkapi dengan bahasa Indonesia.
"Nah yang ketiga, yang tidak kalah pentingnya adalah pasien tidak merasa diperas oleh rumah sakit atau dokternya. Ya mereka memang cari uang, tapi ada kesan humanisnya, ada kesan pelayanan," lanjutnya.
Dia mengungkapkan pengalamannya mendapat pelayanan ketika keluar dari rumah sakit. Saat itu, dia harus menebus tujuh macam obat.
Tantowi kemudian menyampaikan ke dokter bahwa dirinya akan menebus obat di farmasi rumah sakit.
Akan tetapi, dokternya memberi saran kalau mau ambil obat di luar saja, karena harga obatnya lebih murah 30 persen dibanding di rumah sakit. "Kata dokternya, kecuali memang mau nyumbang ke kita. Bayangkan ada dokter atau perawat yang menyarankan seperti itu," ujarnya
Dengan membagikan pengalaman pribadinya berobat di rumah sakit di Penang, Tantowi Yahya tak mengaku tidak berniat membandingkan Malaysia dengan Indonesia.
Ia hanya ingin memberikan bahan untuk melakukan perbaikan bagi industri kesehatan Indonesia.
"Saya tidak bermaksud membanding-bandingkan, atau tidak mempunyai jiwa nasionalisme tapi ini sebagai bahan saja, bahan perbaikan bagi industri kesehatan kita, bagi rumah sakit kita. Agar masyarakat kita tak ke luar negeri untuk melakukan pengobatan. Semoga berguna," pungkasnya. (*)