Ketika Pejabat Rumah Sakit Menjadi Keluarga Terakhir bagi Pasien ODGJ

  • Bagikan
Abdul Malik, Kepala Bidang Humas Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Dadi Makassar (Foto: Muhsin/Fajar)

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Di balik kisruh video viral sopir ambulans yang mengaku bingung mengantar jenazah pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), terselip cerita kemanusiaan yang luput dari sorotan.

Seorang pejabat rumah sakit justru mengambil alih tanggung jawab yang tak banyak orang sanggup memikul.

Dialah Abdul Malik, Kepala Bidang Humas Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Dadi Makassar.

Bukan hanya menyaksikan dari kejauhan, ia turun tangan langsung saat mengetahui seorang pasien ODGJ telantar yang selama ini dirawat di rumah sakit, meninggal dunia tanpa seorang pun keluarga menjemput atau mengurus pemakamannya.

“Kalau tidak kita urus, siapa lagi? Ini bukan sekadar soal prosedur rumah sakit, tapi soal nurani,” kata Malik kepada awak media, Jumat (13/6/2025).

Pasien itu meninggal pada Rabu pagi, sekitar pukul 07.00 WITA. Karena tak memiliki keluarga, Malik bersama tim rumah sakit memutuskan memfasilitasi proses pemulasaran jenazah secara islami.

Ia sendiri yang memimpin prosesinya. Tak berhenti di situ, ia juga mengambil inisiatif luar biasa, menguburkan jenazah itu di tanah miliknya sendiri di Kabupaten Gowa.

"Saya punya lahan di Kampili. Saya pikir, biarlah almarhum dimakamkan di sana. Itu bagian dari tanggung jawab saya sebagai manusia,” tuturnya.

Proses pengantaran jenazah ke lokasi pemakaman sebenarnya berjalan sesuai rencana.

Malik memesan ambulans dari mitra rumah sakit dan meminta sopirnya menunggu di dekat Puskesmas Kampili, karena ia harus singgah membeli keperluan makam.

Namun, tanpa sepengetahuannya, sang sopir merekam video lalu menyebarkannya hingga viral.

Dalam video itu, sopir mengaku kesasar karena dua orang yang ikut mengantar jenazah juga disebut ODGJ.

Padahal, dua pria itu merupakan pasien yang sudah pulih dan secara sadar ingin ikut karena merasa almarhum adalah sahabat mereka.

“Saya izinkan mereka ikut karena mereka minta langsung. Mereka bilang, ‘Pak, boleh kami bantu? Itu teman kami.’ Saya pikir, kenapa tidak?," jelas Malik.

Sayangnya, niat baik justru dibungkus dalam narasi keliru. Video viral itu sempat membuat gaduh media sosial.

Namun Malik tidak terpancing emosi. Ia tetap melanjutkan proses hingga selesai. Bahkan ikut turun langsung ke liang lahat, menguburkan jenazah bersama dua mantan pasien yang turut membantu.

"Saya pikir, bukan soal pangkat atau jabatan. Kalau kita tak punya empati terhadap sesama manusia, apa gunanya?," Malik menuturkan.

Atas insiden konten viral tersebut, Malik sudah memanggil vendor ambulans dan memberi sanksi tegas. Sopir itu dilarang kembali bertugas di lingkungan RSKD Dadi Makassar.

“Kami akan perketat perjanjian ke depan. Tidak boleh ada lagi yang menjadikan jenazah sebagai konten. Itu tak pantas,” tegasnya.

(Muhsin/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan