Untuk itu, para pemimpin perubahan perlu memiliki kualitas kepemimpinan transformatif yang berlandaskan integritas, empati, dan kompetensi bukan hanya basis kekuatan massa.
Sejarah telah memberikan banyak pelajaran bahwa perubahan yang dipaksakan tanpa kesiapan sosial dan budaya cenderung gagal atau bahkan menghasilkan disrupsi destruktif. Sebaliknya, perubahan yang dibangun melalui dialog inklusif, partisipasi luas, dan pemahaman konteks yang memadai lebih berpeluang menciptakan transformasi berkelanjutan.
Di tengah derasnya arus globalisasi, disrupsi teknologi, serta pergeseran nilai-nilai masyarakat, kemampuan untuk memilah dan memilih perubahan yang benar-benar bermakna menjadi kompetensi yang sangat penting bagi warga negara yang berdaya dan pemimpin yang visioner.
Beberapa contoh sukses implementasi perubahan seperti Transformasi Bisnis PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), Transformasi Digital di PT Bank BCA Tbk, dan Reformasi Pelayanan Publik di Pemkot Surabaya. PT Telkom menghadapi disrupsi akibat menurunnya bisnis legacy (telepon rumah) dan ketatnya persaingan di layanan data dan broadband. Selain itu, meningkatnya dominasi over-the-top players (OTT) seperti WhatsApp dan Netflix memaksa Telkom untuk bertransformasi. PT Bank Central Asia Tbk (BCA), sebagai salah satu bank swasta terbesar di Indonesia, menghadapi tantangan besar akibat disrupsi teknologi finansial (fintech).
Munculnya layanan peer-to-peer lending, mobile payment, dan digital wallet mengancam model bisnis perbankan tradisional. Transformasi perubahan di Pemerintah Kota Surabaya di awal 2000-an ketika Pemkot Surabaya menghadapi keluhan masyarakat terkait pelayanan publik yang lamban, tidak transparan, dan berpotensi korupsi. Lesson learned dari PT. Telkom (Tbk), PT. Bank BCA (Tbk) dan Pemkot Surabaya adalah (1). Kepemimpinan visioner sangat menentukan keberhasilan perubahan, baik di sektor swasta maupun public, (2). Manajemen budaya organisasi harus berjalan seiring dengan perubahan proses dan teknologi, (3). Pelibatan pemangku kepentingan memperkuat tingkat penerimaan terhadap perubahan dan komunikasi yang konsisten untuk membangun kepercayaan dan mengurangi resistensi.