Sorot Tajam Penunjukkan Arab Saudi dan Qatar Sebagai Tuan Rumah, Sepakbola Asia Terancam Kehilangan Keseimbangan

  • Bagikan
Pemain Timnas Indonesia Thom Haye saat menghadapi Arab Saudi.

Akmal Mahramo juga menyebutnya adanya Implikasi Dari Keputusan AFC usai menunjuk Qatar dan Arab Saudi sebagai tuan rumah.

“Keputusan AFC menunjuk Qatar dan Arab Saudi sebagai tuan rumah babak keempat Kualifikasi Piala Dunia Asia bisa memberi dampak yang lebih luas dari sekadar siapa yang lolos,” ungkapnya.

Ia menyebut bahkan ada empat poin adanya sentralisasi dari AFC, kemudian masalah investasi dan dua hal lainnya.

“Menurut saya hal Ini menyentuh arah perkembangan sepak bola Asia secara struktural, ekonomi, dan bahkan kultural. Berikut beberapa implikasi yang mungkin muncul,” paparnya.

“1. Sentralisasi Kekuatan di Asia Barat
Dominasi tuan rumah oleh negara-negara Teluk memperkuat kesan bahwa kekuasaan sepak bola Asia kian berpusat di kawasan tersebut. Mereka tidak hanya menguasai organisasi dan sumber daya, tapi kini juga panggung kompetitif. Negara-negara seperti Indonesia, Uzbekistan, atau Thailand pun bisa merasa berada di pinggiran sistem, bukan bagian dari pusat.

  1. Standar Baru: Siapa Paling Banyak Berinvestasi, Dia Berkuasa
    Langkah AFC ini seakan menegaskan bahwa kekuatan finansial menentukan arah sepak bola. Negara-negara yang mampu membangun infrastruktur megah dan mendatangkan sponsor besar, otomatis mendapat perlakuan istimewa. Ini bisa memicu efek domino, mendorong negara-negara lain untuk mengedepankan investasi jangka pendek demi pencitraan, ketimbang pembangunan akar rumput dan sistem usia dini.
  2. Turunnya Kepercayaan pada Fair Play dan Netralitas AFC
    Banyak pengamat dan federasi sepak bola bisa mulai mempertanyakan netralitas AFC. Ketika keputusan-keputusan strategis terlihat terlalu berpihak, maka legitimasi organisasi pun bisa tergerus. Ini bukan cuma soal hasil pertandingan, tapi soal rasa memiliki terhadap ekosistem sepak bola Asia secara keseluruhan.
  3. Potensi Ketimpangan Kompetitif Jangka Panjang
    Jika dominasi tuan rumah dan keuntungan struktural terus terjadi, maka sepak bola Asia bisa makin timpang. Negara-negara yang tidak mendapat akses ke panggung-panggung strategis akan sulit tumbuh. Ini bisa menghambat lahirnya “kekuatan baru” dari Asia Tenggara, Asia Tengah, atau Timur.

Namun, di sisi lain, keputusan ini juga bisa menjadi wake-up call bagi negara-negara seperti Indonesia: bahwa pembangunan sepak bola tidak bisa hanya mengandalkan semangat nasionalisme, tetapi harus dibarengi dengan strategi diplomasi olahraga, pengaruh regional, dan alokasi anggaran yang visioner,” pungkasnya.

(Erfyansyah/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan