Setelah naik, nakhoda kembali tafakkur, mengganti perahu menjadi rumah dalam imajinasinya, agar merasa aman dan dilindungi seolah berada di rumah sendiri sepanjang pelayaran. Ritual ini mencerminkan bagaimana nilai-nilai religius, spiritual, dan praktis menyatu dalam keseharian nelayan Mandar.
Melalui Lontara’ Pallopi-lopiang, kita diajak memahami bahwa bagi masyarakat Mandar, laut bukan hanya ruang ekonomi, tapi juga ruang spiritual yang dijalani dengan takzim, harap, dan doa. (*)